"Reformasi pajak energi dapat membantu mengurangi eksternalitas negatif yang disebabkan oleh konsumsi energi, seperti polusi dan pemanasan global dan memberikan ruang bernapas untuk reformasi pajak yang meningkatkan pertumbuhan -- misalnya, dengan menurunkan pajak tenaga kerja untuk meningkatkan lapangan kerja," kata IMF dalam laporan Monitor Fiskal.
"Di negara-negara berkembang, reformasi lebih lanjut dari subsidi energi dapat memberikan ruang untuk belanja produktif di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, serta untuk program yang menguntungkan orang miskin," kata laporan itu, seperti dikutip Xinhua.
Subsidi bahan bakar fosil mencapai 550 miliar dolar AS pada 2013, lebih dari empat kali lipat dibandingkan dengan energi terbarukan, kata Badan Energi Internasional pada akhir tahun lalu.
Laporan itu mengatakan harga minyak internasional yang lebih rendah akan menguntungkan ekonomi dunia secara keseluruhan, tetapi akan merugikan keuangan publik negara-negara pengekspor minyak, terutama negara berkembang dan negara berpenghasilan menengah.
Kerugian fiskal yang terkait dengan harga minyak lebih rendah diperkirakan rata-rata empat persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini. Perkiraan negara berkisar dari mendekati nol hingga lebih dari 25 persen dari PDB, tergantung pada kontribusi pendapatan minyak terhadap pendapatan fiskal, kata laporan itu.
(Uu.A026)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015