Kelompok gerilyawan fanatik Somalia, Ash-Shabaab, telah mengaku bertanggung-jawab atas serangan itu.
Juru Bicara Kementerian Keamanan Mohamed Yusuf mengatakan beberapa prajurit tewas ketika mereka berhadapan dengan penyerang yang telah menyerbu Markas Pendidikan setelah menghancurkan tembok dengan menggunakan mobil yang diisi bom.
Gedung itu berisi Kementerian Pendidikan serta Kementerian Perminyakan dan Mineral.
"Kami kehilangan lima personel pasukan keamanan Somalia dan satu prajurit Misi Uni Afrika di Somalia. Semua penyerang juga tewas saat mereka berusaha memasuki gedung," kata Yusuf kepada wartawan.
Juru bicara tersebut mengatakan ada tujuh penyerang, dua di antara mereka tewas di mobil ketika mobil itu meledak sedangkan lima penyerang lagi tewas di gedung tersebut oleh pasukan keamanan.
Abdulkadir Abdirahman, Direktur di Layanan Ambulans Mogadishu mengatakan kepada Xinhua di Jakarta, Rabu pagi. Mereka mengumpulkan 15 mayat dari lokasi dan menemukan 20 orang yang cedera.
"Sebagian orang yang cedera mernderita luka serius dan kehilangan sangat banyak darah," katanya.
Ia menambahkan beberapa warga sipil tewas di satu kedai teh di pinggir jalan ketika mobil tersebut meledak.
Sementara itu rakyat Somalia makin menderita akibat tindakan paling akhir Pemerintah Kenya untuk membekukan rekening perusahaan pengiriman uang ke Somalia karena dicurigai mendanai pelaku teror.
Tindakan tersebut telah memukul keluarga dan pengusaha Somalia yang bertransaksi antara Mogadishu dan Nairobi setiap hari.
Tiga bulan sebelumnya, Bank Amerika --Merchant Bank of California-- menghentikan layanan pengiriman uang ke Afrika Timur, sehingga mempengaruhi warga Somalia yang mengandalkan layanan tersebut untuk menerima uang dari kerabat mereka di Amerika Serikat.
Pemerintah Kenya pada Jumat (10/4) menginstruksikan 86 orang dan lembaga yang rekening mereka dibekukan karena dicurigai mendanai pelaku teror untuk hadir di pusat kontra-teror pekan ini untuk pemeriksaan.
Dengan perkiraan 1,3 miliar dolar AS mengalir ke Somalia setiap tahun dari Diaspora melalui hawala, Somalia dapat makin terdesak ke tepi jurang oleh tindakan untuk menutup perusahaan pengiriman uang tersebut, yang telah menjadi sarana terpenting dalam memudahkan pengiriman uang.
Lembaga kemanusiaan internasional yang beroperasi di Somalia telah memperingatkan bahwa tindakan oleh Kenya itu untuk menutup hawala dapat sangat mempengaruhi kehidupan rakyat Somalia, yang ketergantungan mereka atas pengiriman uang telah menjadi alat dalam membangun negeri tersebut.
Mereka telah menyerukan dilakukannya penelitian kembali kebijakan itu dan memutuskannya berdasarkan kasus-per-kasus dan bukan larangan secara umum.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015