"Untuk mencegah jatuhnya nilai obligasi di bawah par atau nilai nominal maka Bank Indonesia jangan naikkan suku bunga," katanya, di Manado, Selasa.
Namun, ia pesimistis untuk 12 bulan dari sekarang karena tren inflasi meningkat dan kecenderungan Fed menaikkan suku bunga itu sebagai hal yang tinggi.
Sebenarnya, katanya, "return" di pasar modal Indonesia relatif tinggi hanya risikonya yang dikawatirkan oleh investor dan spekulan.
Perekonomian Indonesia yang tidak stabil dalam jangka pendek, khususnya inflasi, akan memicu capital flight ke luar negeri.
Hal itu, katanya, juga akan memengaruhi likuditas obligasi di pasar modal.
Kalau hanya satu persen obligasi yang terpengaruh kondisi itu, katanya, maka harga pasarnya tidak terlalu jauh dari nilai par atau nominal.
Ia mengemukakan otoritas pengelola pasar modal harusnya mendorong kepemilikan obligasi dari masyarakat umum atau domestik supaya jika terjadi peningkatan risiko eksternal, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh pada pasar obligasi dalam negeri.
Pewarta: Nancy Tigauw
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015