Berbagai model kacamata kayu dari pohon jengkol, juga dari vinir jati dan sonokeling hadir lewat merek Forres yang didirikan oleh sekelompok mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen serta Fakultas Seni Rupa Desain Institut Teknologi Bandung.
"Kayu jati itu kuat, tapi kayu jengkol juga tidak kalah kuat," kata Uli Grace pada Antara News di Local Fest Jakarta, Minggu.
Berbagai variasi kayu itu digabungkan menjadi lapisan-lapisan rangka kacamata, terinspirasi dari hewan endemik Indonesia, yaitu Harimau Sumatera dan Elang Jawa.
"Kami buat layer-layer dari dua jenis kayu di frame agar bisa menopang satu sama lain dan lebih kuat agar tidak mudah patah," jelas dia.
Grace mengakui trend kacamata kayu memang bukan hal baru di Indonesia. Berbagai merek lokal sudah hadir di beberapa kota seperti Jakarta dan Jawa Tengah. Namun dia optimistis bisa bersaing dengan konsep yang matang.
"Kami ingin mengangkat kekayaan Indonesia," ujar dia, menambahkan bahwa brand yang dibuat bersama teman-temannya baru berjalan selama delapan bulan.
Dalam edisi Harimau Sumatera, bagian penopang di batang hidung berbentuk seperti hidung satwa tersebut. Dalam seri Elang Jawa, bagian penopang di batang hidungnya meruncing seperti paruh burung.
Tidak hanya diminati pembeli lokal, kacamata kayu yang dipromosikan melalui media sosial dan bazar itu juga dilirik pembeli luar negeri.
"Ada orang Jepang mau pesan 10 lusin, tapi sayangnya kami saat itu masih baru jadi belum bisa menyediakan sebanyak itu dalam waktu singkat," imbuh dia.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015