Sekretaris Daerah setempat Teddy Rusfendi Sutisna di Karawang, Sabtu, mengatakan, tidak ada pengaruh signifikan terkait iklim investasi dengan batalnya pembangunan pelabuhan internasional di sekitar Cilamaya.
Sejak beberapa tahun terakhir hingga saat ini, Karawang masih tetap menjadi daerah yang "seksi" bagi kalangan investor. Karena itu, perkembangan sektor industri di Karawang masih terus terjadi.
Ditambah lagi dengan persediaan lahan untuk industri dan kondisi infrastruktur yang terus mendukung sektor industri. Hal itu menjadi alasan investor untuk tetap menanamkan investasi di Karawang.
Meski batalnya pembangunan Cilamaya tidak berpengaruh terhadap iklim investasi di Karawang, tetapi Sekda mengaku kecewa atas pembatalan pembangunan internasional di Cilamaya.
"Kami kecewa. Karena keputusan itu dilakukan pemerintah pusat secara sepihak. Sedangkan rencana pembangunan Cilamaya sudah bertahun-tahun telah disiapkan," katanya.
Ia mengimbau agar para camat dan kepala desa di daerah pesisir utara Karawang mengantisipasi kemungkinan munculnya aksi masyarakat terkait dengan pembatalan pembangunan Cilamaya.
Sementara itu, dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jawa Barat, Karawang menjadi daerah dengan nilai investasi tertinggi di Jawa Barat.
Pada 2013, jumlah kawasan industri di Indonesia mencapai 62 area dengan luas 29.600 hektare. Dari 62 area kawasan industri tersebut, jumlah kawasan industri terbanyak berada di Jabar dengan 22 kawasan mencapai 13.333 hektare.
Untuk realisasi investasi di Jawa Barat pada 2013 mencapai Rp93,51 triliun, dan untuk Karawang mencapai Rp41,07 triliun.
Pewarta: M Ali K
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015