Padang (ANTARA News) - Warga sejumlah desa di Kabupaten Mandailing Natal, Sumut, sejak Senin dinihari mengungsi karena mengkhawatirkan terjadinya gempa susulan yang lebih besar ditengah gempa-gempa susulan kecil yang terjadi ratusan kali.
Wartawan ANTARA dari Rao, Kabupaten Pasaman, Selasa, melaporkan, warga desa di Kabupaten Mandailing yang panik itu mengungsi ke Rao, Kabupaten Pasaman yang terletak 200 kilometer dari Kota Padang.
Rao merupakan dataran tinggi yang berada sekitar 80 meter dari permukaan laut.
Di Rao sendiri, sebagian warga juga masih ketakutan dan memilih tidur di luar rumah dengan cuaca yang dingin karena khawatir terjadi gempa susulan yang lebih besar seperti yang sudah menjadi pembicaraan masyarakat setempat.
Gempa susulan dengan jarak yang tidak terlalu lama terus terjadi sejak gempa pertama berkekuatan 5,6 SR yang terjadi Senin subuh dengan pusat gempa pada kedalaman 33 km, pada 0,60 Lintang Utara dan 110,41 Bujur Timur atau berpusat 98 kilometer dari tenggara Kota Penyabungan atau 58 kilometer timur laut Lubuk Sikaping, Pasaman.
"Sudah ratusan kali gempa susulan yang dirasakan," kata Saiful (45), warga Jorong Batu, Kec. Muaro Sipongi, Kab. Mandailing Natal.
Ia bersama ratusan jiwa warga jorongnya ikut mengungsi ke Rao, satu desa tetangganya yang dinilai jauh lebih aman.
Isu-isu yang telah menimbulkan rasa kekhawatiran itu, menjadi pemicu semakin banyak warga yang mengungsi, selain juga karena bangunan rumahnya yang porak poranda diguncang gempa pada Senin subuh itu.
"Masih banyak warga berada diperjalanan menuju Rao. Badan jalanpun kini tertimbun tanah longsor dan batu-batu besar, selain juga pohon-pohon besar tumbang ikut menutupi badan jalan" kata Saiful.
Warga sepertinya terombang ambing, tak ada penjelasan dan arahan resmi dari pemerintah setempat ditengah merebaknya isu akan terjadinya gempa susulan yang lebih kuat.
"Warga sepertinya benar-benar panik," katanya yang tampak lelah itu, yang sesekali ia menunjukkan rasa cemas saat merasakan adanya guncangan gempa susulan itu.
Warga di lokasi pengungsian pun tampak dengan sikap berdiri dan bersiap-siap saat merasakan adanya guncangan yang terkadang dirasakan tiap lima menit bahkan hitungan dua menit itu.
Dalam jumlah besar yang mengungsi ke Rao, menempati badan jalan dan lapangan terbuka, dengan mendirikan tenda seadanya, bahkan hanya beralaskan tikar tanpa ada atap dan dinding.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006