Bali (ANTARA News) - Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu media pendidikan yang dapat mencegah secara dini paham radikalisme untuk berkembang di Indonesia sehingga materi antiradikalisme perlu dimasukkan ke dalam kurikulumnya.
"Lewat pendidikan dini, kelak mereka dewasa terbangun toleransi dan moderasi. Ini memang perlu ditanamkan dari anak-anak usia dini," kata dia, seusai menghadiri Konferensi Cabang VI Nahdlatul Ulama Buleleng dan Peringatan HUT Nahdlatul Ulama ke-69, di Buleleng, Bali, Sabtu.
Mensos sendiri prihatin dengan hasil survei tentang satu dari 14 siswa tingkat SMP dan SMA yang menyetujui Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS).
"Kalau sudah seperti ini preventif untuk radikalisme menjadi lebih berat. Beda kalau kita bisa melakukan preventif dari usia dini dengan membangun pemahaman keragaman budaya (multikulturalisme) dan pluralisme. Lewat langkah itu, toleransi dan moderasi bisa tertanam lebih awal," kata Mensos.
Mensos berharap, potensi efektif dari pencegahan radikalisme sejak dini juga mampu merembet kepada para penggiat sekolah usia dini. Singkat kata, efek antiradikalisme semakin meluas tidak hanya pada anak didik saja.
Dengan begitu, lanjut Khofifah, proses preventif radikalisme tidak menjadi berbiaya tinggi.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015