Czocha (ANTARA News) - Mengenakan jubah dan topi runcing, para calon penyihir melambaikan tongkat sambil mengucapkan mantra saat latihan di College of Wizardry.
Seperti di Hogwarts, sekolah sihir dalam serial buku dan film Harry Potter, mereka membuat ramuan, menjinakkan makhluk sakti yang berkeliaran di hutan sekitar, menjelajahi ruang bawah tanah tersembunyi dan mengunjungi kedai.
Kastil Czocha di Polandia pada Kamis membuka pintunya bagi 130 calon penyihir dalam kegiatan bermain peran (Live Action Role Play/LARP), yang terinspirasi kisah dalam buku laris karya J.K Rowling, selama empat hari.
Para peserta berusia 18 tahun sampai 60 tahun yang berasal dari 17 negara itu melakukan perjalanan ke kastil di bagian barat Polandia yang serupa dengan istana di negeri dongeng untuk berpartisipasi dalam acara berbiaya 375 dolar AS, tempat mereka bisa berperan sebagai murid, guru dan juga hantu.
Dalam set yang diinterpretasi secara bebas dari dunia fiksi J.K Rowling, tempat Harry Potter belajar ilmu sihir di Hogwarts, para peserta diseleksi masuk ke asrama-asrama seperti Durentius, Faust, Libussa, Molin and Sendivogius.
Mereka mendapat buku-buku sekolah sihir dan mengikuti kurikulum yang dibuat untuk kelas tersebut, yang antara lain meliputi kelas Pertahanan Fisik, Teori Sihir dan Geomancy.
"Saat membuat permainan seperti ini, kami berusaha mensimulasikan sandiwara sekolah sihir. Jadi artinya, beberapa orang berperan menjadi profesor, dan sebagian menjadi murid," kata penyelenggara acara dan ahli permainan Claus Raasted kepada kantor berita Reuters selama persiapan menjelang acara.
Ia menambahkan bahwa ada aturan untuk menciptakan efek sihir.
"Itu sangat sederhana. Kau mengarahkan tongkat ke seseorang, dan mengatakan, 'Silencio!'," katanya.
"Dan kemudian jika kau pikir itu keren kau bisa dian, dan jika kau pikir itu membosankan, kau pikir, 'Oh, mantra itu tidak bekerja'."
"Atau mungkin kau tidak tahu apa yang terjadi dan kau melakukan sesuatu yang sangat berbeda," tambah Raasted.
Penyelenggara kegiatan, Liveform dari Polandia dan Rollespilfabrikken dari Denmark, menekankan bahwa LARP tidak meliputi penggunaan kisah-kisah dalam Harry Potter dan didasarkan pada "semesta yang kita buat sendiri", dengan karakter-karakter berbeda yang dikembangkan peserta.
"Saya sudah sangat mati. Karakter saya mati 150 tahun lalu... Peran saya lebih sebagai pemandu dan saya kita utamanya adalah mendukung peran pemain lain," kata seorang peserta, yang wajahnya dicat putih untuk peran hantu Kalle Frolund, kepada Reuters.
LARP pertama digelar di Czocha November tahun lalu dan mendapat perhatian dari para penggemar Harry Potter di seluruh dunia. Dua acara diadakan bulan April dan satu lagi direncanakan tahun ini juga.
"Bagi kebanyakan orang, kegiatan empat hari ini adalah mimpi jadi nyata," kata Raasted.
"Saya kira kita bisa mengatakan bahwa bersandiwara menjadi penyihir adalah sesuatu yang menarik bagi semua orang," tambah dia.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015