"Saya hanya khawatir persoalan UN berbasis komputer ini malah memunculkan masalah baru," ujar dia dalam raker dengan Mendikbud di Jakarta, Senin.
Masalah baru yang dimaksud seperti persoalan komputer hingga masalah teknis dalam pelaksanaan UN tersebut.
Dia membandingkan pelaksanaan UN berbasis komputer di Cheska yang penduduknya hanya berjumlah 10 juta jiwa dan perlaksanaan UN sukses tanpa kendala.
"Sementara jumlah siswa yang akan ikut UN, berjumlah 7,3 juta jiwa."
Di beberapa daerah seperti Padang, hampir seluruh sekolah menolak UN berbasis komputer itu.
Begitu juga di Jambi, hanya ada tiga sekolah yang ikut melaksanakan UN berbasis komputer itu.
"Saya juga mengkhawatirkan ketidakadilan dengan sekolah-sekolah yang melaksanakan UN berbasis komputer dan yang berbasis kertas," terang dia.
Mendikbud Anies Baswedan mengatakan UN berbasis komputer hanya dilangsungkan pada 585 dari sekitar 17.000 sekolah yang melaksanakan UN.
"Kami juga tidak ingin gegabah dalam pelaksanaan UN berbasis komputer ini," kata Anies.
UN berbasis komputer, lanjut Anies, sangat efesien dan mencegah terjadinya kecurangan.
Sebelumnya, ada 720 sekolah yang mengajukan diri dan setelah diseleksi hanya 585 sekolah yang ikut serta dalam UN berbasis komputer.
Kriteria sekolah yang ikut serta dalam UN berbasis komputer adalah mempunyai perlengkapan komputer dengan rasio satu komputer untuk tiga peserta UN.
"Jadi sekolah yang ikut adalah sekolah mempunyai sarana-prasarana yang lengkap," tukas Anies.
Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015