Menurut studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Sleep itu, dari 3,9 persen partisipan yang berkali-kali mengalami mimpi buruk dalam kurun waktu 30 hari, 28,4 persen di antaranya menderita gejala depresi berat dan 17,1 persen insomnia.
Kemudian, dari 3,9 persen partisipan yang mengalami mimpi buruk ini, 4,8 persen adalah perempuan dan 2,9 persen laki-laki.
"Studi kami memperlihatkan hubungan jelas antara kesejahteraan dan mimpi buruk. Studi ini merupakan bukti adanya hubungan antara mimpi buruk dan depresi, juga analisis tentang mimpi buruk dan ukuran kepuasan hidup dan kesehatan," kata ketua penulis studi sekaligus peneliti dari Centre for Cognitive Neuroscience Universias Turku, Finlandia, Nils Sandman.
"Mungkin saja mimpi buruk dapat berfungsi sebagai indikator depresi sebelum diagnosa. Karena mimpi buruk, insomnia dan depresi seringkali muncul bersamaan, mungkinkah mengatasi semua masalah ini dengan intervensi mengatasi mimpi buruk semata," ujar Sandman seperti dilansir laman eurekalert.org.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015