... mengambil sisa penggalian yang masih bisa dijual untuk mendapatkan uang tambahan...
Bengkulu (ANTARA News) - Sejumlah ibu rumah tangga di Desa Muara Sahung, Kecamatan Muara Sahung, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, mulai turun ke Luang Batu Api, lokasi pencarian bahan batu cincin akik untuk menambah pendapatan keluarga.
"Kami mengambil sisa penggalian yang masih bisa dijual untuk mendapatkan uang tambahan," kata Mirna, salah seorang pencari batu akik bersama dua rekannya di Desa Luang Batu Api, Senin.
Ia mengatakan sortiran atau batu akik yang tidak diambil para penggali masih bisa dijual seharga Rp10 ribu hingga Rp25.000 per kilogram.
Dalam sehari kata Mirna pendapatan tidak menentu bergantung pada jenis dan banyaknya batu yang didapat.
Tidak hanya kaum ibu, anak-anak di Desa Muara Sahung dan Desa Luang Batu Api sudah terlebih dahulu melihat peluang mendapatkan rupiah dari mencari batu akik sisa penggalian.
"Kami melihat uang yang didapat anak-anak itu cukup lumayan, jadi kami ikut mencari batu di sisa penggalian batu akik," ucapnya.
Luang Batu Api merupakan salah satu lokasi utama penggalian bahan batu cincin akik yang cukup dikenal di Provinsi Bengkulu.
Saat ini lebih dari 90 persen warga Desa Muara Sahung dan Desa Luang Batu Api menjadi penambang batu akik di lokasi itu.
Awalnya, batu yang ditambang adalah jenis batu badar lumut, lalu batu akik motif teratai hingga jenis cempaka dan sulaiman yang memiliki nilai jual tinggi.
Untuk jenis super seperti jenis cempaka atau ebih dikenal dengan "red rafflesia" harganya mencapai Rp500 ribu per kilogram.
"Biasanya laki-laki yang menggali sampai kedalaman lima meter untuk batu cempaka, kami hanya mengambil sortiran," kata Marlena, ibu rumah tangga lainnya yang turut mencari batu akik.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015