Washington (ANTARA News) - Masyarakat Indonesia yang bermukim di wilayah Washington DC dan sekitarnya melakukan penggalangan dana bagi korban kerusuhan di Maluku. Dana yang terkumpul sebesar enam ribu dolar AS atau sekitar 55 juta rupiah itu akan dipergunakan untuk membantu para korban konflik di Maluku yang hingga kini masih banyak mengungsi. Dana bantuan tersebut diserahkan Jumat malam di Washington, DC (15/12) oleh ketua perkumpulan masyarakat Maluku di AS (Diaspora), pendeta Feri Ananda kepada Livia Iskandar mewakili Yayasan Pulih yang akan menyalurkan dana tersebut bagi korban konflik di Maluku. Penyerahan dana bantuan itu dilakukan di gedung Kedutaan Besar RI di Washington, DC dan disaksikan langsung oleh Duta Besar RI, Sudjadnan Parnohadiningrat. Yayasan Pulih yang berbasis di Jakarta dan bergerak dalam bidang Hak Asasi Manusia akan menyalurkan dana tersebut melalui mitranya di Maluku yaitu Koalisi Pengungsi Maluku yang selama ini menjadi wadah masyarakat pengungsi untuk menyuarakan aspirasi mereka. "Kami akan menggunakan dana tersebut untuk program rekonsiliasi perdamaian melalui pelatihan antardua komunitas yang bertikai," Livia Iskandar dari Yayasan Pulih menjelaskan kepada ANTARA News di Washington, DC. Penggalangan dana masyarakat itu sendiri sebetulnya sudah dilakukan pada 28 Oktober lalu dengan mengadakan malam amal sekaligus menghadirkan penyanyi asal Ambon, Yopie Latul yang menghibur masyarakat Indonesia di Amerika. "Kami bersyukur meskipun sempat dua kali tertunda, acara malam amal itu akhirnya terselenggara dan berhasil mengumpulkan cukup dana untuk membantu saudara kita di Maluku sana," ujar Galih Yohannes, salah satu panitia penyelenggara malam amal bagi korban konflik di Maluku. Galih menambahkan, penyelenggaraan malam amal itu sudah satu tahun lalu direncanakan namun baru bisa terwujud tahun ini. Itu pun tidak hanya kelompok masyarakat Maluku di Amerika saja yang membantu, namun kelompok masyarakat Indonesia lainnya dari berbagai suku dan agama juga turut bekerja keras membantu penggalangan dana korban konflik Maluku. Kerusuhan di Maluku yang terjadi 19 Januari 1999 telah mengakibatkan lebih dari satu juga orang terpisah dari sanak saudaranya. Kini setelah tujuh tahun konflik Ambon berlalu, data dari pemerintah provinsi Maluku menyebutkan masih ada sekitar 60 ribu jiwa pengungsi yang hingga kini belum tertangani.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006