Lebak (ANTARA News) - Kakak beradik Sudri (10) dan Sinta (8), warga Tapen, Desa Cimarga, Kabupaten Lebak, terpaksa berjualan abu gosok untuk membeli beras. "Kami sudah empat hari ini belum makan nasi karena kakek tak mampu membeli beras, apalagi kakek kami usianya sudah lanjut," kata Sudri di Kabupaten Lebak, Sabtu. Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia dua tahun lalu, Sudri dan Sinta tinggal bersama kakeknya bernama Ruminta (70). Namun, akhir-akhir ini kakeknya sering sakit-sakitan, bahkan sudah tidak bisa bekerja lagi di sawah maupun di ladang. "Biasanya, kakek suka bekerja di tempat orang membersihkan ladang, namun saat ini kondisi badan sering sakit-sakitan," jelasnya. Dengan tidak bekerja itulah, Sudri dan Santi berjualan abu gosok keliling, karena empat hari lalu tak makan nasi. Pasalnya, saat ini beras harganya sudah mencapai Rp5.200/kg. Oleh karena itu, ia nekad berjualan abu gosok agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk mencukupi kebutuhan makan. "Sudah hampir tiga hari ini kami berjualan abu gosok dan hasilnya dibelikan beras di kampung," katanya. Ia menjelaskan, hasil berjualan keliling abu gosok ia memperoleh pendapatan Rp12.000/hari dari tiga karung dengan berat sekitar 50 Kg. Hasil penjualan itu ia belikan beras sebanyak 2 liter dengan harga Rp9.000. Sudri dan Sinta mengaku, dirinya sudah berhenti sekolah di SDN I Mekarjaya, Kecamatan Cimarga, Lebak. Sudri hanya sampai kelas IV dan Sinta kelas 3. "Cita-cita sih ingin jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun tak mampu karena biaya sekolah yang tinggi," lirih Sinta. Ketika ANTARA News mendatangi rumah kediaman Sudri dan Sinta ternyata banyak anak-anak usia SD sudah berhenti sekolah karena kemiskinan. Misalnya, Samin (10), Mugni (9), Udin (10), dan teman-teman lainnya terpaksa berjualan abu gosok atau daun singkong untuk dijual ke Rangkasbitung. Sejak pukul 04.00 WIB pagi, mereka berjualan abu gosok berjalan kaki menempuh 20 Km menuju Rangkasbitung. "Anak saya juga berhenti sekolah dan berjualan abu gosok yang didapati di penggilingan padi," kata Ny Wati (40), warga Tapen, Desa Mekarjaya. Sementara itu, data BPS Lebak menyebutkan jumlah angka kemiskinan hasil pendataan BLT tercatat 146.723 Rumah Tangga Miskin (RTM) dari 1.201.690 jiwa penduduk Lebak.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006