"Saat ini sebagian masyarakat cenderung kurang peduli atau tidak tahu kualitas beras sesuai kelasnya, sehingga hal itu dimanfaatkan oleh oknum menaikkan beras medium dijual dengan harga premium," kata Kepala Humas Bulog Divre Jabar Sumarna Muharif, di Bandung, Sabtu.
Menurut dia, budaya instan berpengaruh kepada masyarakat dalam membeli bahan pokok termasuk beras. Pembeli cenderung membeli dengan patokan harga bahkan tidak melihat jenisnya.
"Mereka tahunya harga beras Rp10.000 per kilogram itu jenis premium, semakin sedikit yang menceknya, akibatnya pengetahuan masyarakat terhadap kualitas beras jadi kurang," kata Sumarna.
Oleh karena itu, kata dia, edukasi pengenalan kualitas dan kelas beras kepada masyarakat perlu diingatkan kembali, sehingga menjadi perangkat untuk menekan angka kecurangan dalam penjualan beras.
"Edukasi teliti sebelum membeli perlu digalakkan lagi, tak hanya saat beli beras tapi beli komoditas bahan pokok lainnya," kata Sumarna.
Sementara itu stok beras di Bulog Jabar saat ini masih mencukupi untuk dua bulan ke depan. Awal April 2015 ini memasuki musim panen raya dan Bulog mengoptimalkan penyerapan beras petani dengan HHP terbaru yakni padi Rp4.700 per kilogram dan gabah Rp4.600.
Tingginya harga beras dan gabah di tingkat petani di atas HPP menjadi salah satu kendala Bulog dalam melakukan penyerapan beras tahun ini.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015