Larantuka (ANTARA News) - Ribuan peziarah Katolik dari berbagai daerah di Tanah Air, sejak Jumat pagi, memenuhi pesisir pantai Larantuka, untuk mengikuti prosesi laskar laut Tuan Meninu (arca bayi Yesus), sebagai bagian dari tradisi Jumat Agung nan sakral itu.
Wartawan Antara yang ikut serta dalam prosesi tersebut melaporkan, pada pukul 12.00 WITA, sampan yang membawa Tuan Meninu atau Bayi Yesus diberangkatkan dari pelabuhan Sarotari menuju Pantai Kuce.
Upacara tersebut merupakan bagian dari perayaan Semana Santa (pekan suci) yang berpuncak pada hari penyaliban dan kematian Yesus Kristus pada Jumat Agung ini.
Dalam tradisi Gereja Katolik Larantuka, prosesi Jumat Agung ini dengan mengarak Patung Bunda Maria (Tuan Ma) sebagai pelindung Kota Larantuka dan arca Tuan Meninu keliling ibu kota Kabupaten Flores yang terletak di kaki Gunung (Ile) Mandiri itu.
Saat ini, ribuan peziarah Katolik sudah memadati Katedral Reinha Rosari yang terletak di jantung kota Larantuka untuk mengikuti prosesi nan sakral hingga Sabtu (4/4) dini hari.
Pada Jumat siang setelah arca Tuan Meninu tiba di Pantai Kuce, depan Istana Raja Larantuka, dilaksanakan berbagai prosesi di antaranya mengantar salib dari kapela ke armida sebelum digelar prosesi Jumat Agung pada malam harinya.
Sebelum laskar laut diarak dengan perahu melalui selat sempit antara Flores Timur daratan dengan Pulau Adonara, umat Katolik setempat dan para peziarah mengikuti upacara jalan salib di Katedral dan Kapela Tuan Meninu di Kota Rewindo.
Di sinilah pusat perhatian umat dan ribuan peziarah dalam hening untuk mengikuti prosesi. Patung Tuan Meninu dimandikan dan kemudian dikeluarkan dari Kapelanya.
Patung Tuan Meninu lalu diarak menggunakan berok (sampan) melalui jalur laut menuju Armida (tempat perhentian) Tuan Menino, satu dari delapan armida dalam prosesi Jumat Agung di Pohon Sirih.
Iring-iringan perahu dan kapal motor mengikuti sampan yang memuat arca Tuan Meninu menyelusuri pantai menuju Pantai Kuce di depan Istana Raja Larantuka di Kelurahan Pohon Sirih.
Sepanjang perjalanan laut, umat dan para peziarah Katolik tetap hening dalam Doa Bapa Kami dan Salam Maria, sampai ke pantai tujuan di Kelurahan Pohon Sirih.
"Tradisi perayaan melalui laut yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya itu hanya menggunakan "berok" atau sampan, walaupun harus menantang arus Selat Gonzalu yang terkenal ganas itu," kata Teresia Doren, salah seorang penduduk Larantuka.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015