Menanggapi hal ini, asisten profesor dari University of British Columbia (UBC) yang berfokus pada audiologi dan ilmu berkomunikasi, Stefka Marinova-Todd, justru mengungkapkan, autisme bukan halangan bagi seorang anak mempelajari lebih dari satu bahasa.
Dalam studinya itu Marrinova membandingkan jumlah kosa kata dari anak dengan autisme yang diajarkan dua bahasa, China dan Bahasa Inggris dan hanya satu bahasa (Bahasa Inggris saja).
"Kami fokus pada kosa kata karena mewakili perkebangan bahasa secara akurat," kata Marrinova dalam siaran publik UBC.
Marrinova menemukan, anak dengan autisme yang berbicara dua bahasa memiliki jumlah kosa kata sama banyaknya dengan mereka yang hanya berbicara satu bahasa.
"Hal ini mengindikasikan, biligualisme (dwibahasa) tidak berefek negatif pada perkembangan bahasa anak dengan autisme," kata dia. Menurut dia, penting bagi terapis memahami bahwa bilingualisme tak menganggu perkembangan bahasa anak dengan autisme.
Marrinova menemukan, anak dengan autisme yang berbicara dua bahasa memiliki jumlah kosa kata sama banyaknya dengan mereka yang hanya berbicara satu bahasa.
"Hal ini mengindikasikan, biligualisme (dwibahasa) tidak berefek negatif pada perkembangan bahasa anak dengan autisme," kata dia. Menurut dia, penting bagi terapis memahami bahwa bilingualisme tak menganggu perkembangan bahasa anak dengan autisme.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015