Kuala Lumpur (ANTARA News) - Lebih dari 20 muslim Thailand masuk ke Malaysia karena mengeluhkan penganiayaan oleh militer, demikian Kantor Berita Malaysia, Bernama, Jumat. Sembilan laki-laki dan 11 perempuan, paling muda berusia 2 tahun dan yang tertua 55 tahun, masuk ke Malaysia lewat sungai perbatasan pada Kamis malam dan kepada Bernama mengatakan pelecehan serta penyiksaan berlanjut di tempat asal mereka meski perundingan damai berlangsung sejak pemerintahan baru. "Terjadi aksi penyiksaan terhadap para penduduk desa yang telah berharap untuk kehidupan yang lebih baik setelah terbentuknya pemerintahan baru," tulis Bernama mengutip juru bicara kelompok tersebut. "Mereka masuk rumah kami dan menangkapi siapapun yang mereka curigai sebagai teroris tanpa melakukan pemeriksaan. Mereka mengambil beberapa anggota keluarga saya dan kami tidak tahu dimana mereka sekarang," kata seorang laki-laki yang membawa istri dan tiga anaknya. Bernama tidak menyebut kelompok tersebut mencari suaka politik ke pihak berwenang Malaysia. Pihak departemen imigrasi belum dapat dihubungi untuk memberi komentar sedangkan badan PBB untuk pengungsi mengatakan belum mendapat informasi mengenai hal tersebut. "Tidak ada informasi mengenai keberadaan 20 orang ini," kata kepala polisi setempat, Zulkifli Abdullah kepada wartawan di Kota Baru, ibukota negara bagian Kelantan, lalu mengatakan polisi sedang melakukan pencarian. Laporan Bernama tersebut menyusul 131 muslim dari Thailand Selatan yang masuk ke Malaysia tahun lalu untuk mencari suaka politik. Jurubicara angkatan darat Thailand Kolonel Acra Tiprote kepada Reuters mengatakan kepergian 20 orang tersebut disebabkan operasi pasukan kemanan untuk mengakhiri serangan di desa-desa yang rawan kekerasan. "Kami belum lama ini melakukan operasi untuk menghentikan kekerasan yang terjadi setiap hari di empat sampai lima distrik di Thailand Selatan," katanya. "Pencarian dilakukan melalui pos-pos pemeriksaan di jalan serta menggeledah rumah-rumah yang dicurigai, dan kami telah menahan sekitar 40 orang," katanya. Namun, pejabat kepolisian khusus Thailand menyebut para pemberontak ingin mendiskreditkan perdana menteri Surayud Chulanont yang telah menawarkan perdamaian termasuk menjanjikan pemberlakukan hukum Islam di kawasan tersebut. "Kami dua bulan lalu tahu mereka merencanakan pergi ke Malaysia dalam jumlah besar, kemungkinan antara 50 sampai 60 orang setiap perjalanan," kata jenderal yang minta namanya tidak ditulis oleh Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006