"Masih lebih besar tahun lalu harganya, kalau sekarang kan paling harganya cuma 50-57 dolar AS per barel," kata Direktur Pengadaan Strategis dan Energi Primer PLN Amin Subekti di sela pertemuan dengan peserta lelang pengadaan LNG di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, harga minyak mentah nasional atau Indonesian Crude Price (ICP) tahun lalu begitu tinggi mencapai sekitar 110 dolar AS, jauh lebih tinggi dibanding ICP saat ini yang tengah mengalami pelemahan.
Amin menuturkan, perseroan memang terdampak pelemahan rupiah dalam sebulan terakhir. Namun, ia memastikan jumlahnya tidak signifikan karena asumsi makro untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 menetapkan Rp12.500.
"Sekarang dolar sekitar Rp13.000, mudah-mudahan saja segera turun lagi meski kami belum bisa menghitung totalnya. Nanti hitungannya pada akhir tahun," katanya.
Harga minyak mentah nasional merupakan salah satu indikator yang memengaruhi besaran tarif listrik untuk 10 golongan pelanggan selain besaran inflasi dan nilai tukar rupiah. Ke 10 golongan tersebut dikenakan tarif penyesuaian sehingga membuat tarifnya akan berubah setiap bulan sesuai tiga indikator itu.
Pemerintah sendiri, telah menaikkan harga bahan bakar minyak jenis premium khusus penugasan luar Jawa, Madura dan Bali dan solar sebesar Rp500 per liter menjadi masing-masing Rp7.300 dan Rp6.900 per liter. Sementara di wilayah Jawa, Madura dan Bali, PT Pertamina (Persero) menetapkan harga harga premium Rp7.400 per liter dan minyak tanah tetap Rp2.500 per liter.
Kenaikan tersebut dilakukan atas dasar peningkatan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah dalam periode sebulan terakhir.
PLN berencana untuk menetapkan tarif penyesuaian (adjustment tariff) untuk dua golongan pelanggan yakni 1.300 VA dan 2.200 VA pada Mei mendatang.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015