"Sebagai langkah awal, delegasi Zimbabwe akan dikenalkan dengan teknologi tepat guna produk-produk pangan yang merupakan hasil karya Balai Besar Industri Agro (BBIA)," kata Dirjen IKM di Bogor, Jawa Barat, Rabu.
BBIA mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan kerja sama, standarisasi pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri agro.
Euis menyambut baik penjajakan kerja sama tersebut, karena Indonesia dapat memperkenalkan produk-produk IKM Indonesia khususnya di bidang pangan ke Zimbabwe.
Selain itu, tambahnya, Indonesia juga dapat melakukan transfer teknologi tepat guna bagi pengembangan produk pertanian di Zimbabwe.
Saat ini, bagian terbesar dari ekspor Zimbabwe berasal dari barang mineral, emas pertanian dan pariwisata, di mana produksi pertanian yang dihasilkan meliputi jagung, kapas, tembakau, kopi, tebu, kacang, domba dan kambing.
Sedangkan, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Zimbabwe mengimpor peralatan mesin dan transportasi, barang produksi manufaktur, bahan kimia, bahan bakar dan produk makanan yang berasal dari Afrika Selatan 55,4 persen, Tiongkok 9,2 persen hingga 2011.
Euis mengatakan, kedepan diharapkan teknologi pengembangan industri agro yang dihasilkan oleh Indonesia dapat digunakan dalam pengembangan IKM berbasis komoditi pertanian di Zimbabwe.
Selain itu, tenaga ahli Indonesia di bidangnya juga dapat dikirimkan untuk melakukan pengembangan IKM pangan di Zimbabwe.
Euis menambahkan bahwa rencana kerja sama tersebut adalah bagian dari tindak lanjut komitmen Forum of SMEs Africa ASEAN (FORSEAA) yang secara formal, yang dikenalkan pada 26 September 2016, di mana Indonesia sebagai wakil ketua dan Zimbabwe sebagai anggota.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015