Jakarta (ANTARA News) - Hasil kajian mengenai gas untuk industri di dalam negeri oleh Kemenko Perekonomian, Kementerian Perindustrian, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan diselesaikan dan disampaikan minggu ini.

"Kajian tentang harga gas sudah selesai, sekarang kami sedang menunggu kajian harga listrik, biar hasilnya satu paket," kata Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto di Jakarta, Selasa.

Harjanto mengatakan, energi menjadi hal mendasar untuk menumbuhkan industri manufaktur di dalam negeri, namun masih terhambat harga gas dalam negeri yang belum terjangkau.

Kajian harga gas secara akademis ini akan membuat kebijakan harga gas untuk industri dilakukan dengan tepat.

"Memang perlu dilihat cost and benefit dari harga gas yang akan ditetapkan. Kalau pun harga gasnya turun, perlu dibuktikan benefit yang akan diperoleh," ujar Harjanto.

Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi Achmad Safiun mengatakan harga gas untuk industri di Malaysia, Singapura dan Vietnam adalah 4,5 dollar AS per MMBTU, sedangkan harga gas dalam negeri berada pada kisaran 9 dollar AS per MMBTU.

Dia meyakini, apabila harga gas bumi di dalam negeri turun menjadi 5 dollar AS per MMBTU dan Liquid Natural Gas (LNG) menjadi 7 dollar AS per MMBTU, makas kondisi industri manufaktur akan tercipta.

"Hal ini akan meningkatkan daya saing produk manufaktur, meningkatkan ekspor produk manufaktur dan mendorong stabilnya nilai tukar," kata Harjanto.


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015