"Kosmogoni itu hubungannya dengan mitologi-mitologi tua. Kosmogoni mengacu pada asal-usul keberadaan yang dalam kamus bahasa Inggris diartikan the origin or generation of the universe," kata Budayawan Jacob Sumarjo di Bandung, Selasa.
Menurut dia, Kosmologi mengandung makna proses atau gerak dinamik yang mengarah kepada kosmologi atau ketata keberadaan yang kurang-lebih tetap. Kosmologi yang nampaknya permanen ternyata juga tidak permanen alias dalam gerak perubahan yang terus-menerus juga.
Sementara dalam hubungannya dengan lukisan karya Herry Dim menurut Jakob Sumardjo bahwa cara Herry Dim memanifestasikan dirinya dalam lukisan-lukisannya ini dapat mengandung dua teori semesta yang saling berseberangan, yakni teori "Big Bang" dan teori Alam Tetap.
"Herry Dim lebih melihat mandalanya sebagai gerak perubahan terus-menerus dengan maknanya sendiri yang kurang-lebih tak terbatas. Bukan kosmogoni tetap yang menjadi kosmologi, tetapi seperti penganut teori "Big Bang" yang melihat semesta atau hidup ini senantiasa dalam gerak, berubah, menjadi lain dari sebelumnya," katanya.
Herry Dim terakhir menggelar pameran "A Childs World of Hope and Peace" pada tahun 2008 di Salle de Pas Perdus, Palais des Nations, Geneva, Switzerland (Markas Besar PBB di Jenewa, Swiss).
Sementara itu Herry Dim menyebutkan, kegiatan pameran itu merupakan kerja sama antara Studio Pohaci, Bale Motekar Padjadjaran, Universitas Padjadjaran, SatriaSatria Org., Krika Workshop Studio, Studio Hanafi dan sejumlah dukungan lainnya.
Pada pameran "Cosmogony di dalam karya seni rupa" akan digelar dua forum perbincangan dengan menghadirkan Hario Soeprobo seorang pakar keuangan, perbankan dan investasi yang mengetengahkan makalah berjudul "Prospek dan Tantangan Ekonomi Kreatif."
Kemudian pakar desain, Irvan A Noeman, akan membawakan makalah "Ekosistem Industri atau Ekonomi Kreatif?".
Perbincangan itu menurut Herry Dim diharapkan mengungkap pertanyaan-pertanyaan tentang ekonomi kreatif yang merupakan peluang, apa yang harus dilakukan dengan peluang itu, apa yang harus dipersiapkan untuk menjalani itu, sudah siapkah kita bersaing dengan bangsa lain yang mungkin sedang melakukan fokus yang sama, apa betul seni bisa menjadi industri dan lainnya.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015