Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menargetkan ekspor mineral dan bahan tambang hingga 17 miliar dolar AS pada 2016, dengan perkiraan pabrik pemurnian atau smelter yang mulai dibangun sejak tahun 2015 telah beroperasi penuh.
"Nanti tahun 2016 ekspor menjadi 17 miliar dolar AS, itu termasuk konsentrat dan tembaga," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, R Sukhyar seusai rapat koordinasi membahas perkembangan pembangunan smelter di Jakarta, Senin malam.
Sukhyar menjelaskan perkiraan tersebut lebih tinggi dari ekspor minerba dalam bentuk ore, bauksit, nikel dan pasir besi yang hanya mencapai 15,1 miliar dolar AS pada 2013, ketika larangan ekspor bahan mentah mineral belum sepenuhnya berlaku.
Ia juga melaporkan perkembangan pembangunan enam smelter nikel yang siap beroperasi dan dua smelter nikel yang sepenuhnya telah beroperasi pada 2015, serta seluruhnya merupakan kontribusi investor dan menggunakan teknologi dari Tiongkok.
Fasilitas smelter itu antara lain dikelola PT Antam, Komala yang rencananya beroperasi awal Oktober 2015 dan memiliki produksi 10 ribu ton feronikel serta PT Bintang Delapan yang beroperasi awal April 2015 dan mempunyai produksi 300 ribu ton Nickel Pig Iron (NPI).
"Bintang Delapan ini rencananya tanggal 2 (April) ini akan diresmikan, berkapasitas 300 ribu NPI. NPI ini merupakan salah satu varian dari smelter bijih nikel," ujar Sukhyar, yang menambahkan dua smelter telah beroperasi yaitu PT Indoferro dan PT Cahaya Modern Metal Industri.
Selain itu, PT Gebe Sentra Nickel siap memproduksi 6.000 ton nikel murni, Mining Nusantara memproduksi 21 ribu ton NPI, PT Macika Mineral Industri memproduksi 53 ribu ton NPI dan PT Karyatama Konawe Utara memproduksi 50 ribu ton NPI.
"Tahun 2016 akan ada tambahan 12 lagi yang akan selesai untuk smelter nikel ini. Total, 20 smelter nikel selesai tahun depan. Nantinya ada 35 smelter nikel yang mau dibangun, tapi jangan sampai produksinya berlebihan karena bisa menghantam Indonesia juga," kata Sukhyar.
Untuk smelter bauksit, kemajuan pabrik pemurnian yang diupayakan PT Harita sudah mencapai 49 persen dan PT Indo Kapuas sudah 20 persen. Sedangkan, PT Bintan Alumina telah mendirikan infrastruktur namun konstruksinya belum berjalan, dan PT Antam belum ada kemajuan.
Sementara, untuk smelter pasir besi, kemajuan pembangunannya sudah mencapai di atas 50 persen antara lain fasilitas pemurnian yang dikelola PT Sebuku Iron Lateristic Ores (SILO), PT Sumber Suryadaya Prima, PT Megatop Inti Selaras, PT Adiguna Usaha Semesta, PT Quantum dan CV Sumber Mas.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015