Jayapura (ANTARA News) - Jembatan Daunda di Vanimo, yang merupakan penghubung antara wilayah Papua dan Papua Nugini (PNG) sejak Februari lalu putus akibat terjangan air bah dan banjir yang melanda daerah tersebut.
Juru Bicara Konsulat RI di Vanimo Allen Simarmata di Jayapura, Senin, mengatakan putusnya jembatan Daunda tersebut mengakibatkan warga dari kedua negara yang biasa melakukan aktivitasnya terancam terisolir.
"Jembatan tersebut terletak sekitar dua kilometer dari arah konsulat, biasa dilewati oleh mobil dan kendaraan lainnya," katanya.
Allen menuturkan untuk menunjang mobilitas warga setempat, seorang tokoh agama Indonesia yang bertugas di Paroki Lido membuat jembatan darurat, salah satunya agar sepeda motor masih bisa melintasi di jembatan itu.
"Namun Minggu kemarin malam jembatan tersebut dirusak oleh orang mabuk, sehingga jembatan rusak berat dan saat ini sama sekali tidak dapat dilewati," ujarnya.
Dia menjelaskan jembatan Daunda juga merupakan satu-satunya akses menuju ke perbatasan RI-Papua Nugini yang terletak di Skouw Wutung, lokasi pasar perbatasan, dimana kedua warga negara ini sering melakukan aktivitas pasar setiap hari Selasa dan Kamis.
"Warga tetap melakukan aktivitas jual-beli di pasar, namun dengan rusaknya jembatan itu, masyarakat harus mengeluarkan uang ekstra untuk menyambung kendaraannya di seberang jembatan tersebut," katanya.
Menurut Allen, masyarakat yang naik mobil dari Vanimo, harus turun dan berjalan kaki menyusuri papan kayu di atas jembatan yang ambruk, lalu warga menyambung mobil untuk meneruskan ke arah pasar di perbatasan.
"Besaran uang ekstra yang dikeluarkan sekitar empat Kina atau sekitar Rp16 ribu per orangnya," ujarnya.
Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015