Tetap cermati dan antisipasi sentimen yang mendorong pelemahan bagi mata uang rupiah, terutama dari eksternal
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat tipis sebesar sembilan poin menjadi Rp13.056 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.065 per dolar AS.
"Laju rupiah masih bergerak dalam kisaran sempit menyusul aksi tunggu investor terhadap rilis data ekonomi Indonesia pada awal bulan April nanti," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Menurut dia, laju rupiah masih dibatasi oleh ekspektasi kenaikan inflasi mendatang menyusul rencana pemerintah yang akan kembali menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen eksternal terkait kenaikan suku bunga the Fed juga masih membayangi menyusul rilis klaim pengangguran Amerika Serikat yang menunjukkan penurunan dan manufaktur yang mengalami kenaikan sehingga memunculkan persepsi terhadap kemungkinan percepatan akan kenaikan suku bunga the Fed.
"Tetap cermati dan antisipasi sentimen yang mendorong pelemahan bagi mata uang rupiah, terutama dari eksternal," katanya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sentimen eksternal mengenai kenaikan suku bunga the Fed masih mendominasi pasar valas di dalam negeri sehingga pelaku pasar cenderung mengambil posisi tunggu.
"The Fed masih akan terus membayangi mata uang negara berkembang dunia termasuk rupiah hingga adanya kepastian. Faktor itu yang membuat nilai tukar rupiah belum memguat lebih tinggi," ujarnya.
Ia mengharapkan bahwa pemerintah dapat lebih fokus lagi untuk menjaga ekonomi domestik terutama mikro, selama ini pemerintah cenderung mengarahkan kebijakannya untuk makro seperti pembangunan infrastruktur.
"Penjagaan makro dan mikro ekonomi diharapkan seiring, diharapkan harga bahan pangan pokok tidak mengalami kenaikan secara tiba-tiba seperti yang terjadi pada harga beras," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015