Jakarta (ANTARA News) - Film berkualitas belum tentu bisa sukses di pasar bila salah menerapkan strategi distribusi.
"Kita harus mengerti target market," kata sutradara Sammaria Simanjuntak dalam diskusi "Peluang dan Jalur Distribusi Film Indonesia" di Film and Art Celebration 2015 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Minggu (29/3).
Perempuan di balik film "Cin(T)a" dan "Demi Ucok" itu mengatakan aliran distribusi film telah berubah seiring perkembangan teknologi.
Ketika teknologi belum berkembang, film awalnya didistribusikan melalui bioskop, kemudian ditayangkan di televisi lalu dapat dinikmati dalam bentuk VCD atau DVD.
Kini, penonton dimanjakan dengan perangkat elektronik canggih dalam beraktivitas, termasuk menonton film.
"VOD (video-on-demand) untuk sekarang kayaknya harus duluan, bukan belakangan," ujar Sammaria.
Menurut sineas jebolan arsitektur Institut Teknologi Bandung, kemasan suatu film disesuaikan dengan prioritas urutan distribusi.
Bila mengincar distribusi lewat internet, tentu sineas harus membuat film yang cocok untuk format serial web.
Pakar media digital Roy Simangunsong mengatakan internet bisa jadi tantangan atau peluang baru dalam mendistribusikan film tergantung bagaimana menyikapinya.
Meski bioskop tetap punya tempat dalam distribusi film, internet memberikan akses konten dengan kuantitas tak terhitung bagi konsumen.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015