Banyuwangi (ANTARA News) - Salah satu kekhasan kuliner di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, adalah rasa sambalnya yang super pedas.
"Kalau di warung minta pedas, nanti disuguhi sambal yang pedas sekali. Kalau minta puuedes (sangat pedas), nanti yang disuguhkan (yang) pedasnya betul-betul 'beracun'," demikian Evy, warga Bondowoso, menggambarkan rasa sambal di warung-warung makan Banyuwangi.
Karena itu mereka yang tidak suka dengan masakan pedas, lebih baik hati-hati menggunakan diksi saat memesan sambal di warung-warung makan di sana.
Di antara aneka makanan pedas di kota itu, sego tempong termasuk yang tingkatan rasa pedas sambalnya tinggi.
Kata sego dan tempong berasal dari Bahasa Jawa yang artinya nasi dan ditampar. Nama sego tempong diberikan karena sambalnya sangat pedas sehingga serasa ditampar kalau memakannya.
Sementara jika merujuk ke Kamus Bahasa Indonesia, tempong berarti melemparkan sesuatu menuju sasarannya. Dan menikmati sego tempong memang juga bisa serasa dilempar sesuatu.
Meskipun tergolong masakan tradisional, sampai sekarang sego tempong masih umum menjadi sajian warung-warung di kabupaten paling timur Pulau Jawa itu.
Sego tempong terdiri atas nasi dan kuluban atau rebusan macam-macam sayur seperti bayam, selada air, terung, dan sawi. Lauknya bisa tahu, tempe, ikan asin, dan gimbal (dadar) jagung. Sajian nasi dan sayur itu dilengkapi dengan sambal, yang utamanya dibuat dengan mengulek cabai dan terasi dengan sedikit gula.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yang sedang giat mempromosikan potensi wisata daerahnya, berusaha mengangkat "muruah" sego tempong dengan menggelar Festival Sego Tempong di Taman Blambangan pada Sabtu.
Koki terkemuka pun didatangkan ke festival yang diikuti ratusan peserta itu. Selain terlibat dalam pembuatan sambel, Chef Marinka memberikan sejumlah kiat untuk menyajikan sego tempong agar tampil lebih menarik dan berkelas.
Sekitar 600 peserta, termasuk koki profesional dan amatir, ikut meramaikan festival. Setelah para juri memilih sego tempong terbaik dari para peserta, semua yang hadir ramai-ramai menikmati sajian nasi-nasi pedas itu.
Selain bisa menikmati nasi tempong, pengunjung bisa menyaksikan tari kreasi baru karya seniman lokal yang menggambarkan pembuatan sego tempong dengan gerakan rancak dan dinamis.
"Kami sengaja menggelar kegiatan ini agar wisatawan bisa menikmati kuliner khas Banyuwangi. Karena selain memiliki sejumlah destinasi wisata, Banyuwangi kaya akan kuliner yang mempunyai cita rasa tersendiri," kata Bupati Banyuwangi.
Festival Sego Tempong, kata Anas, merupakan bagian dari pengembangan wisata kuliner untuk memberdayakan masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
"Nanti, kami ingin setiap wisatawan yang datang ke Banyuwangi mencari sego tempong," ujar Anas.
Promosi Wisata
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Banyuwangi Alief Kartiono mengatakan festival itu diikuti oleh masyarakat umum, pedagang warung/depot, sampai hotel dan restoran.
Saat berlomba mereka sengaja diwajibkan mengenakan celemek bertuliskan "I Love Banyuwangi" dan penutup kepala koki. Mereka berlomba menyajikan dalam hal cita rasa, kebersihan, dan cara penyajian.
"Ini kami maksudkan untuk ikut mem-branding warung sego tempong, sehingga publik langsung bisa tahu warung sego tempong mana yang paling enak dan bersih," kata Alief.
Setelah festival itu harapannya selanjutnya pengelola hotel dan restoran juga selalu menyediakan sego tempong.
"Sehingga setiap ada tamu yang ingin mencicipi kuliner khas Banyuwangi bisa langsung tersedia," katanya.
Dalam festival itu juga disajikan aneka hidangan khas Banyuwangi yang lain seperti sego cawuk, rujak soto, soto using, pecel rawon, pecel pithik, dan ayam pedas. Ada juga jajanan khas seperti cenil, klepon, lopis, precet, lanun dan ketan gula merah, gethuk pisang.
"Selama menikmati festival masyarakat bisa langsung menikmati berbagai kuliner dan sekalian menikmati gelaran Banyuwangi Art Week yang memajang berbagai oleh-oleh dan kerajinan khas Banyuwangi," kata Alief.
Oleh Masuki M Astro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015