Pada perdagangan hari sebelumnya rupiah ditutup pada 12.990 per dolar AS.
Menurut Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, spekulasi mengenai akan meningkatnya permintaan dolar AS dari korporasi untuk kebutuhan akhir bulan, seperti pembayaran utang, telah menekan rupiah.
"Faktor kebutuhan perusahaan terhadap dolar AS menjadi salah satu penekan mata uang rupiah di pasar valas domestik," katanya.
Selain itu, sentimen kenaikan suku bunga AS yang masih kuat juga mendorong pengalihan dana dari aset berisiko ke dalam "safe haven", salah satunya mata uang dolar AS.
"Ekspektasi kenaikan suku bunga Fed kembali muncul menyusul beberapa data AS yang membaik salah satunya klaim pengangguran AS menurun," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, dolar AS juga tertopang oleh program stimulus bank sentral Eropa (ECB) yang baru diluncurkan. Situasi itu mendorong mata uang euro berada dalam tekanan sehingga berdampak negatif terhadap mata uang berisiko.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova melengkapi bahwa rupiah dalam jangka pendek ini sedang mengalami konsolidasi menjelang akan diterapkannya kebijakan pemerintah melalui reformasi struktural dalam rangka menjaga ekonomi domestik.
"Kedepan, penguatan bagi rupiah masih terbuka seiring dengan reformasi struktural," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015