... patroli di sana untuk perdamaian...
Jakarta (ANTARA News) - Walau bukan negara pengaju klaim teritorial, namun Indonesia tetap berpatroli di perairan Laut China Selatan. Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, mengatakan, patroli itu mencegah konflik bersenjata di kawasan itu.

"Sebetulnya Indonesia tidak terlibat di sana, tapi itu tetangga semua. Indonesia adakan patroli di sana untuk perdamaian. Artinya kita mencegah kalau terjadi konflik menggunakan kekerasan bersenjata. Ini harus kita hindari," kata dia, di Jakarta, Kamis.

Ia menuturkan konflik bersenjata harus dihindari terkait adanya klaim beberapa negara atas Laut China Selatan, agar tidak mengganggu rencana Presiden Joko Widodo menjadikan Laut China Selatan sebagai poros maritim dunia.


Poros maritim yang dimaksud pemerintah memanfaatkan "jalur" transportasi maritim yang dirintis sejarah, di antaranya dari China.

"Kami antisipasi jangan sampai akibat klaim itu menggunakan kekuatan bersenjata. Visi presiden untuk poros dunia bisa terganggu. Supaya poros itu lancar harus diamankan," ujar dia.

Perang, kata dia, harus dihindari semua negara karena masyarakat sipil yang akan dirugikan.

Musuh utama semua negara kini, ucap dia, adalah terorisme, bencana, penyakit serta narkoba. Untuk itu ia mengajak semua negara lebih fokus memerangi hal-hal tersebut.

Dalam kesempatan itu ia juga mengatakan Indonesia bekerja sama dengan Singapura dan Malaysia terus melakukan patroli di Selat Malaka untuk menumpas perompak agar tidak merajalela seperti di Somalia.

Selama ini Laut China Selatan disengketakan sejumlah negara, termasuk China, Taiwan dan beberapa negara ASEAN, yakni Brunei Darussalam, Filipina dana Malaysia serta Vietnam.

Menurut Jokowi, stabilitas politik dan keamanan penting untuk pertumbuhan ekonomi sehingga ia mendorong implementasi dan finalisasi Aturan Tata Perilaku (Code of Conduct/CoC) di wilayah Laut China Selatan.

"Perlu saya sampaikan Indonesia tidak berada pada pihak yang bersengketa di situ. Kita hanya ingin mendorong agar CoC itu bisa diimplementasikan, dan ada finalisasi," kata Jokowi.

Pewarta: Dyah Astuti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015