Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak melemah sebesar 21 poin menjadi Rp12.991 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.970 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah hampir menembus level Rp13.000 per dolar AS menyusul naiknya bunga obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun ke arah 2 persen.
"Situasi itu akan mendorong aliran modal masuk ke dalam aset berdenominasi dolar AS sehingga menekan mata uang berisiko," katanya.
Ia menambahkan bahwa penurunan tingkat pesanan barang modal AS pada bulan Februari tahun ini diekspektasikan pasar sebagai salah satu sinyal melambatnya pertumbuhan global. Sinyal itu cenderung mendorong pelaku pasar uang lebih banyak menempatkan ke dalam aset aman atau safe haven seperti dolar AS.
Sementara itu, Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan bahwa rupiah dalam jangka pendek ini sedang mengalami konsolidasi menjelang akan diterapkannya kebijakan pemerintah melalui reformasi struktural dalam rangka menjaga ekonomi domestik.
"Kebijakan pemerintah itu dapat menopang rupiah ke depannya," katanya.
Ia menambahkan bahwa peringkat Indonesia yang masih berada dalam peringkat "investment grade" akan menopang rupiah secara fundamental. Pekan lalu, Lembaga Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mengafirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB- (triple B minus) dengan outlook stabil.
"Peringkat itu, menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang sehat sehingga ruang penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih cukup terbuka," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (26/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.003 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (25/3) di posisi Rp12.932 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015