Temuan para ilmuwan dari Oregon State University (OSU); Centre for Environment, Fisheries and Aquaculture Science di Inggris; dan beberapa lembaga lain yang dipublikasikan di Marine Environmental Research itu juga menunjukkan dampak perubahan lingkungan terhadap kondisi ikan-ikan laut dalam.
Riset yang dilakukan di Teluk Biscay di Prancis bagian Barat itu juga menunjukkan kasus pertama spesies ikan laut dengan kondisi "interseks", memiliki gabungan organ seks jantan dan betina.
Para peneliti OSU mengatakan studi lain yang dilakukan beberapa tahun lalu di taman nasional Amerika Barat juga menunjukkan dampak polusi bermakna pada kesehatan ikan, termasuk ikan jantan yang mengalami "feminisasi" dan membentuk telur.
"Di area yang berkisar dari perairan bersih di danau-danau pegunungan tinggi Amerika Serikat sampai perairan di lepas pantai Prancis dan Spanyol, sekarang kami menemukan bukti kemungkinan polusi akibat kegiatan manusia punya dampak patologi cukup buruk pada ikan," kata Michael Kent, profesor mikrobiologi di OSU College of Science, salah satu penulis hasil studi itu.
"Di kedalaman samudra orang mungkin menduga bahwa tingkat kontaminasi dan dampak biologinya lebih kecil," kata Kent.
"Masalahnya mungkin tidak begitu. Perubahan patologi yang kita lihat jelas merupakan tipe yang berhubungan dengan paparan terhadap racun dan karsinogen," jelasnya.
Meski demikian, upaya untuk mengetahui hubungan perubahan-perubahan pada ikan laut dalam dan polusi itu masih dalam tahap awal menurut para peneliti karena perubahan-perubahan yang sama bisa juga disebabkan oleh kejadian-kejadian alami.
Analisis kimia lanjutan akan menunjukkan hubungan yang lebih meyakinkan antara perubahan patologi dan kegiatan manusia, kata para peneliti.
Kebanyakan studi pada masa lalu hanya melihat fauna parasit mereka, tidak lebih ke masalah biologi internal seperti kerusakan hati.
Laut dalam di sepanjang lereng kontinental diketahui bisa menjadi seperti wastafel bagi kontaminan logam berat seperti merkuri, kadmium dan timbal, serta kontaminan organik seperti PCB dan pestisida.
Ikan yang hidup di air dalam, daerah lereng, biasanya tumbuh lambat, hidup di dekat dasar laut, dan matang pada usia relatif tua. Beberapa bisa hidup sampai 100 tahun.
Karena umurnya panjang, ikan-ikan itu punya kemampuan melakukan bioakumulasi racun, yang menurut para peneliti dalam laporan mereka "mungkin akan menjadi masalah kesehatan manusia jika ditujukan untuk konsumsi."
Menurut studi itu, polutan organik dalam spesies-spesies itu bisa 10 sampai 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada ikan-ikan landas kontinen dengan tingkat kontaminan tertinggi pada ikan-ikan di tempat terdalam.
Dalam penelitian sebelumnya di Amerika Barat, para ilmuwan menemukan kontaminasi racun dari pestisida, pembakaran bahan bakar fosil, pertanian, dan kegiatan industri dan sumber lain yang di danau-danau di pegunungan.
Kedua studi itu menunjukkan bahwa beberapa bagian paling terpencil di planet, dari pegunungan tinggi hingga laut dalam, bisa terdampak bahan beracun, kata Kent seperti dilansir laman resmi Oregon State University.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015