Singapura (ANTARA News) - Warga Singapura menangis di jalanan dan ribuan antri pada Rabu untuk menghormati pendiri dan pemimpin negara Lee Kuan Yew setelah peti matinya, berselimut bendera, dibawa pada kereta meriam ke parlemen untuk pelayatan umum.
Lebih dari 26.000 orang melewati peti mati itu sebelum matahari terbenam, kata juru bicara pemerintah kepada AFP, dan ribuan lagi berbaris di luar, meskipun ada peringatan bahwa mereka dapat menghabiskan delapan jam untuk melihat peti mati tersebut.
Sesudah dua hari untuk perkabungan keluarga, peti mati Lee pada Rabu pagi dibawa dari gugus Istana pemerintah, tempat Lee berdasawarsa bekerja sebagai perdana menteri dan penasihat kabinet, ke gedung parlemen. Ia disemayamkan di sana hingga akhir pekan.
Tokoh disegani berusia 91 tahun itu meninggal pada Senin setelah setengah abad dalam pemerintahan, saat negara-kota itu berubah dari jajahan Inggris jauh dan miskin menjadi salah satu masyarakat terkaya di dunia.
Pemerintah pimpinan putranya, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, agaknya terkejut dengan jumlah pelayat pada hari pertama, mengumumkan bahwa Gedung Parlemen akan buka 24 jam sehari hingga Sabtu malam karena tanggapan luar biasa masyarakat.
Lee akan diperabukan pada Minggu sesudah pemakaman kenegaraan, yang diperkirakan dihadiri beberapa pemimpin Asia-Pasifik meskipun ia hanya anggota parlemen ketika meninggal.
Tepuk tangan dan teriakan "Kami mencintaimu!" dan Lee Kuan Yew!" bergema saat peti kayu coklat tua berselimut bendera merah-putih Singapura, muncul dari Istana dalam kotak kaca bertengger di kereta meriam ditarik truk tentara beratap terbuka.
Sebelumnya, dalam adegan penjajahan masa lalu Singapura, kereta itu berhenti di depan gedung utama Istana, tempat Inggris memerintah pulau tersebut, ketika pemain alat musik tiup Inggris dari Satuan Gurkha setempat -penjaga khusus- mengalunkan "Auld Lang Syne".
Saat iringan itu meninggalkan gugus pemerintah tersebut, banyak orang di kerumunan sepanjang jalur ke parlemen menangis ketika mengangkat kamera dan telepon saku untuk merekam peristiwa bersejarah itu.
Beberapa di antaranya melemparkan bunga di jalan kereta itu, sementara pekerja kantor menyaksikan dari bangunan bertingkat tinggi.
Presiden Tony Tan dan istrinya -Mary- adalah yang pertama memberikan penghormatan, membungkuk tiga kali di dekat peti mati tertutup Lee di serambi parlemen.
Antrian merayap di sekitar kawasan pusat niaga meskipun disengat panas dan kelembaban tropika.
Dalam gaya asli Singapura, kerumunan itu tertib, dengan air minum gratis dan peturasan sementara didirikan untuk pelayat.
Polisi khusus membantu mengatur lalu lintas dan antrian utama dibuat untuk orang tua, wanita hamil dan orang cacat.
Orang dari seluruh lapisan masyarakat muncul untuk menghormati mantan pemimpin dikenal dengan singkatan "LKY" itu.
(Uu.B002/T008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015