... siswa perlu diberi pendidikan tentang betapa penting mengenali ciri-ciri pemikiran radikal, modus rekrutmen dan kiat praktis menghindari pemikiran radikal...
Jakarta, 25/3 (Antara) - Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, mengatakan sekolah kini rentan untuk dimasuki paham radikal seperti Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS).
"Jika tidak memiliki benteng yang kuat, paham ISIS potensial masuk melalui dunia pendidikan," kata Susanto, di Jakarta, Rabu. Diketahui lebih dari 800 orang WNI tertarik bergabung dengan NIIS/ISIS dengan berbagai alasan, mulai dari aspek keagamaan hingga penghasilan bulanan yang diiming-iming mereka.
Maka dari itu, kata dia, sekolah harus waspada dan membentengi siswa dari pengaruh paham NIIS/ISIS.
Pencegahan paham radikal seperti ISIS bisa dilakukan sejak dini.
Beberapa hal yang bisa dilakukan, kata Susanto, yaitu pertama pastikan tenaga pendidik dan kependidikan memiliki pemikiran keagamaan yang inklusif, bukan garis keras.
Kedua, siswa perlu diberi pendidikan tentang betapa penting mengenali ciri-ciri pemikiran radikal, modus rekrutmen dan kiat praktis menghindari pemikiran radikal. Dengan begitu, siswa terbentengi dan tidak terpengaruh dengan mudah oleh ajaran-ajaran kekerasan, terutama paham NIIS/ISIS.
Ketiga, sekolah perlu memantau dan mendeteksi dini terhadap aktivitas siswa agar tidak terjebak dan menjadi korban paham radikal.
Menurut dia, Indonesia memiliki banyak tokoh berpengaruh dan instrumen resmi kuat untuk mempromosikan gerakan antiradikalisme.
Beberapa contoh instrumen itu seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia, Kementerian Agama, dan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan.
Untuk itu, dia meminta sejumlah instrumen itu bergerak lebih aktif lagi agar NIIS/ISIS tidak berkembang di Indonesia. Instrumen itu juga termasuk organisasi kemasyarakatan keagamaan dan sosial dan juga lingkungan keluarga.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015