"Orang tua harus ikut membentengi keluarga masing-masing agar tidak dimasuki paham ISIS. Jangan sampai kepala keluarga sendiri tidak tahu ada anggota keluarganya yang bergabung dengan ISIS," kata Saleh Partaonan Daulay dihubungi di Jakarta, Rabu.
Selain itu, Saleh juga meminta para guru di sekolah ikut berperan membentengi anak-anak didik dari paham ISIS dan radikalisme lainnya. Bukan sebaliknya, guru-guru membuat buku yang mengandung radikalisme.
"Partisipasi para guru tidak terbatas pada guru pelajaran agama, tetapi juga guru pelajaran lain. Tidak mesti menyita waktu, tetapi bisa disampaikan sepintas lalu tetapi sering. Itu akan lebih membawa dampak besar," tuturnya.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan paham ISIS tidak bisa dipandang remeh karena penyebaran telah menyebar menembus batas-batas teritorial.
"ISIS mengklaim menerapkan sistem khilafah yang penerapannya menembus batas-batas teritorial. Tidak ada batas-batas teritorial yang menghalangi mereka melebarkan pengaruh dan kekuasaannya, termasuk ke Indonesia," katanya.
Menurut dia, sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia tentu saja menjadi perhatian khusus sebagai target operasi.
"Aparat keamanan harus bekerja mencari simpul-simpul jaringan kelompok ISIS di Indonesia sehingga gerakan mereka bisa dipetakan dan tidak meluas. Rakyat masih percaya aparat negara bisa menangani persoalan itu," tuturnya.
Polisi telah menangkap lima terduga teroris yang diduga dipengaruhi paham ISIS. Di Jambi, seorang pelajar SMK berusia 18 tahun diberitakan menyendera dan menyerang ayah dan adiknya, diduga karena terpengaruh paham ISIS karena di kamarnya ditemukan barang-barang terkait ISIS.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno juga sempat menyampaikan kecurigaannya bahwa ada 514 warga negara Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015