Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah sebesar 69 poin menjadi Rp12.970 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.901 per dolar AS.
"Ekspektasi inflasi AS dalam jangka menengah yang akan naik di respon pelaku pasar dengan mengalihkan sebagian asetnya dalam bentuk dolar AS, karena inflasi merupakan salah satu indikator bagi the Fed untuk menaikan suku bunga," ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa ekspektasi pelaku pasar terhadap inflasi Amerika Serikat yang naik itu seiring dengan beberapa data ekonomi lainnya seperti indeks harga konsumen yang mengalami kenaikan serta tingkat tenaga kerja yang stabil.
Kendati demikian, ia menilai bahwa pergerakan rupiah yang masih searah dengan mata uang di kawasan Asia terhadap dolar AS menunjukan kondisi yang masih normal sehingga potensi untuk pembalikan arah masih terbuka.
"Penguatan dolar AS karena adanya faktor teknikal setelah mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir," katanya.
Menurut dia, dalam jangka panjang rupiah masih akan ditopang oleh optimisme yang kuat terhadap pemerintah yang menjaga perekonomian agar tetap tumbuh melalui kebijakan reformasi struktural.
"Reformasi struktural ekonomi akan berdampak pada jangka panjang, sehingga dalam perjalanannya fluktuasi rupiah akan tetap stabil," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (25/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.932 dibandingkan hari sebelumnya, Selasa (24/3) di posisi Rp12.972 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015