Yogyakarta (ANTARA News) - "Brand" Jogja Istimewa diharapkan dapat menyelaraskan kebijakan pembangunan dengan potensi, aspirasi, dan kondisi sosial budaya masyarakat, sehingga ke depan dapat memajukan ekonomi dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang terbaik.
"Upaya rebranding itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan masa kini. Dengan brand Jogja Istimewa diharapkan dapat menonjolkan ciri khas Yogyakarta dengan karakter keistimewaannya," kata Kepala Bidang Pemerintahan Bappeda DIY Biwara Yuswantana di Yogyakarta, Selasa.
Pada lokakarya kehumasan "Implementasi Brand Jogja Istimewa dalam Perspektif Pembangunan DIY", ia mengatakan penetapan "brand" itu menjadi identitas, pembeda, dan merupakan hasil dari pemikiran rakyat.
"Brand itu memuat sembilan arah renaissance atau pencerahan yakni pendidikan, pariwisata, teknologi, ekonomi, energi, pangan, kesehatan, keterlindungan warga, tata ruang, dan lingkungan," kata Biwara.
Ketua Dewan Kebudayaan DIY Djoko Dwiyanto mengatakan "brand" baru tersebut memuat nilai budaya Yogyakarta yakni "hamemayu hayuning bawono" dan falsafah "sewiji, greget, sengguh lan ora mingkuh".
Menurut dia, untuk mengaplikasikan "brand" baru tersebut diperlukan kerja sama seluruh elemen di DIY agar sesuai dengan Jogja Istimewa.
"Implementasi branding Jogja Istimewa harus mampu diterapkan oleh seluruh warga Yogyakarta sehingga tidak hanya menjadi seremonial semata," kata Djoko.
Desainer M Arief Budiman mengatakan "brand" Jogja Istimewa menjadi langkah awal kesiapan Yogyakarta dalam menghadapi kompetisi di dunia. "Brand" harus menjadi DNA, otak, dan semangat yang menjadi pembeda dan ciri khas dari daerah lainnya.
"Dengan adanya city brand itu diharapkan mampu memberi nilai tambah bagi DIY yang tentunya dapat menarik investor sehingga mendongkrak pendapatan asli daerah," kata Arief.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015