Jakarta (ANTARA News) - Penasaran dengan subjek yang sering dilihat tapi tidak dikenali, jumlah pengunjung masjid terbesar di Jepang berlipat ganda sejak dua warga Jepang dibunuh oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Turis Jepang di masjid Tokyo Camii di Shibuya ingin memahami lebih dalam mengenai agama yang sering dikaitkan dengan kejadian mengerikan yang terjadi di luar negeri itu, seperti dikatakan pengurus resmi dari masjid.
Bagi pengajar dan pengurus masjid, meningkatnya ketertarikan ini merupakan peluang baik untuk memberikan pengetahuan luas di Jepang mengenai Islam di luar stereotipe yang ada.
"Penting untuk memiliki pemahaman yang benar tentang dunia Islam," kata Hiroshi Kazamaki, guru 59 tahun dari SMA prefektur Kanagawa yang menemani empat lulusan sekolahnya ke masjid pada 12 Maret.
Menurut Shigeru Shimoyama, juru bicara resmi Tokyo Camii yang berusia 66 tahun, sekitar 20-30 warga Jepang berpartisipasi dalam tur akhir pekan di masjid sebelum ada krisis penyanderaan ISIS, sebagian besar mengikutinya demi memuaskan rasa penasaran tentang struktur bangunan.
Setelah ISIS mengunggah video pembunuhan wartawan Kenji Goto dan operator perusahaan Haruna Yukawa, jumlah pengunjung masjid membludak. Rekor yang tercatat mencapai seratus orang dalam sehari, kata Shimoyama yang mulai bekerja di masjid sejak lima tahun silam.
Shimoyama ingin mencegah penyebaran pemahaman yang salah mengenai Islam di Jepang akibat tindakan teroris ISIS di luar negeri.
Masjid tersebut telah menerima berbagai telepon ancaman setelah pembunuhan Goto, meskipun banyak juga yang menyampaikan kata-kata penyemangat.
"Sepertinya sebagian orang percaya Islam adalah agama yang sangat ketat, padahal faktanya Islam agama yang sangat toleran," kata Shimoyama pada sekitar 50 orang, sebagian besar warga Jepang, yang mengikuti tur pada 14 Maret.
Di lantai kedua masjid, para pengunjung mengobservasi proses ibadah dan orang-orang Jepang yang menjadi mualaf. Perempuan yang mengikuti tur wajib mengenakan kerudung di tempat ibadah.
Tur tersebut juga meliputi dua jam ceramah mengenai ibadah dan puasa.
Yuki Kinoshita dan Ryo Hiraishi, keduanya berusia 18 dan datang dari Edogawa, Tokyo, mengatakan mereka mengikuti tur masjid untuk mendalami pengetahuan sejarah dunia meski hal itu telah dipelajari di sekolah.
Para remaja yang akan masuk universitas pada musim semi mengatakan sebagian masyarakat Jepang percaya bahwa islam adalah agama yang mengusung kekerasan. Keduanya mengatakan tur tersebut meyakinkan mereka bahwa persepsi itu salah.
Pada 5 Maret, sekitar 30 guru dari kelas kewarganegaraan mengunjungi masjid selama lima jam.
"Deskripsi di buku teks seringkali tidak efisien," kata Mikio Kaneko (50) yang mengajar di Sekolah Pertanian Hiratsuka Kanagawa.
"Pengurus masjid memperkenalkan kami kepada buku-buku Islam, jadi kami akan mempelajari buku tersebut dan mengaplikasikannya di dalam kelas," ujar dia seperti dilansir laman Asahi Shimbun.
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015