... yang bergabung masih muda-muda, kami dijanjikan akan digaji Rp5 juta per bulan...Temanggung, Banten (ANTARA News) - Sebanyak enam warga Desa Balerejo, Kabupaten Temanggung yang diduga direkrut gerakan ISIS sempat hilang selama satu bulan setelah mendapat tawaran umroh gratis.
Kepala Desa Balerejo, Kecamatan Tlogomulyo, Tasrin (46) di Temanggung, Senin, mengatakan enam orang tersebut adalah Mubadi (50) dan istrinya Anik (47), Tonga (55), dan isterinya Ribut (52), Parnaridi (55), dan Sulastri (41).
"Hingga saat ini, lima dari enam orang tersebut sudah kembali, sedangkan Mubadi belum kembali," katanya.
Tasrin mengetahui keberangkatan enam warganya itu pada 17 Februari 2015. Ketika itu ada satu bus besar yang menjemput mereka. Di dalam bus itu ada puluhan orang.
Ia menuturkan dua dari enam warganya tersebut merupakan saudaranya, yakni Mubadi dan Anik. Mereka berangkat ikut rombongan itu setelah terbujuk umroh gratis yang ditawarkan Yayasan Amalillah. Salah satu pengurus yayasan itu adalah Yarkoni warga Desa Balerejo.
"Sepengetahuan saya, mereka dijanjikan akan diberangkatkan umroh gratis dan sepulang umroh mereka juga dijanjikan akan diberikan uang sebesar Rp20 juta. Kemudian tahun 2016 diberangkatkan haji plus," katanya.
Selama pergi, katanya dua saudaranya itu tidak memberikan kabar, bahkan mereka sempat putus kontak. Tasrin sudah berusaha menghubunginya melalui telepon dan pesan singkat namun tidak pernah direspon.
Setelah sekitar 20 hari berlalu, salah seorang keluarga dari mereka yang berangkat melapor ke kantor desa. Mereka juga mengalami hal sama kehilangan kontak dengan keluarganya. Laporan itu kemudian diteruskan ke kepolisian setempat.
Ia juga mendatangi Yarkoni yang merekrut warga lain untuk umroh gratis itu. Berdasarkan keterangan Yarkoni, enam warga Balerejo itu ada di Batu, Malang. Di sana mereka menunggu akan menjalani tes kesehatan dan pembuatan paspor di Surabaya," katanya.
"Saya tidak percaya dengan semua keterangan itu, jadi saya meminta Yarkoni untuk bertanggung jawab memulangkan warga saya. Hingga saat ini sudah lima orang yang kembali. Mereka pulang tidak bersamaan. Terakhir kali pulang adalah Anik pada Minggu (22/3) sore," katanya.
Menurut Tasrin hal yang mengherankan setelah mereka kembali, warganya itu sama sekali tidak merasa tertipu dan tidak merasa menjadi korban. Mereka ingin berangkat lagi dan masih percaya akan diberangkatkan umroh gratis.
"Mereka seperti sudah dicuci otaknya. Saya khawatir kepergian mereka selama hampir sebulan itu ada kaitannya dengan perekrutan anggota ISIS yang banyak diberitakan di media. Tetapi yang jelas saya melihat ini sebagai penipuan," katanya.
Seorang peserta umroh gratis, Anik mengatakan dirinya sudah didekati Yayasan Amalillah sejak tahun 2013. Ketika itu dia diberi kartu identitas sebagai pengurus dengan jabatan Kasi Pengawasan Anggaran.
Dia bertugas mengajak orang lain untuk menjadi pengurus organisasi yang menaungi Yayasan Amalillah, yakni Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Diutamakan yang bergabung masih muda-muda, kami dijanjikan akan digaji Rp5 juta per bulan," katanya.
Anik pun mendaftarkan dirinya, suaminya, dan anak bungsunya untuk bergabung. Dia dan suami diwajibkan membayar masing-masing Rp4,5 juta sebagai biaya administrasi menjadi pengurus PKRI dan anaknya membayar Rp5 juta.
Pada Februari 2015 saat dijanjikan diberangkatkan umroh gratis. Anik mengajak saudaranya dari Desa Muncar, Kecamatan Gemawang dan suaminya ikut serta. Untuk umroh itu, dia dikenai uang Rp150 ribu untuk biaya administrasi. Mereka tergabung dalam 71 orang yang ikut berangkat menggunakan bus.
"Diutamakan yang bergabung masih muda-muda, kami dijanjikan akan digaji Rp5 juta per bulan," katanya.
Anik pun mendaftarkan dirinya, suaminya, dan anak bungsunya untuk bergabung. Dia dan suami diwajibkan membayar masing-masing Rp4,5 juta sebagai biaya administrasi menjadi pengurus PKRI dan anaknya membayar Rp5 juta.
Pada Februari 2015 saat dijanjikan diberangkatkan umroh gratis. Anik mengajak saudaranya dari Desa Muncar, Kecamatan Gemawang dan suaminya ikut serta. Untuk umroh itu, dia dikenai uang Rp150 ribu untuk biaya administrasi. Mereka tergabung dalam 71 orang yang ikut berangkat menggunakan bus.
Namun karena bus tidak cukup, 17 orang dari mereka berangkat belakangan dengan kendaraan lain.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015