"Impor hanya dilakukan ketika krisis dan saat ini harga beras sudah mulai turun sehingga tidak perlu ada impor," kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Semarang, Senin.
Pihaknya mengaku sudah melakukan konfirmasi kepada menteri terkait untuk memenuhi kekurangan pasokan. Pemerintah pusat pun memastikan produksi beras di dalam negeri mencukupi kebutuhan seluruh Indonesia.
"Kalau produksi kita memenuhi, untuk apa impor. Kalau harus impor kapan kita bisa berdikari di sektor pangan," katanya.
Meski demikian, impor mungkin dilakukan untuk beras jenis premium yang memang tidak ditanam di Indonesia, salah satunya beras yang dikonsumsi khusus pasien penderita penyakit tertentu.
Sebelumnya, Bulog Divisi Regional Jawa Tengah hingga Februari lalu mencatat persediaan operasional setara beras sebanyak 201.682 ton yang tersebar di enam karesidenan yaitu di Semarang, Pati, Surakarta, Banyumas, Kedu, dan Pekalongan.
Kepala Bulog Divisi Regional Jateng Damin Hartono memastikan persediaan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan raskin hingga lima bulan ke depan atau hingga bulan Agustus 2015.
"Akhir bulan ini dan awal bulan depan diprediksikan menjadi puncak panen raya di sejumlah daerah. Kalau sekarang sudah banyak yang panen tetapi sebagian masih belum, untuk yang sudah di antaranya Sragen, Pati, dan Demak," katanya.
Diharapkan dengan adanya panen raya maka persediaan beras yang terserap oleh Bulog Divre Jateng semakin besar sehingga bisa memenuhi kebutuhan beras di Jateng.
Pewarta: Aris W Widiastuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015