Semarang (ANTARA News) - Kalangan industri di Jawa Tengah mengeluhkan kenaikan harga elpiji (LPG) untuk kalangan industri sebesar 10,83 persen, karena akan memengaruhi biaya produksi. "Kebijakan pemerintah menaikkan harga elpiji merupakan pukulan bagi kalangan industri, karena akan berdampak pada kelangsungan usaha industri yang mengandalkan elpiji," kata David Sinjaya (45) pengusaha industri kaca di Semarang, Rabu. Seperti diberitakan PT Pertamina (Persero) per 12 Desember 2006 pukul 00.00 WIB kembali menaikkan harga elpiji yang diperuntukkan bagi kalangan industri sebesar 10,83 persen. Harga elpiji industri yang dijual secara curah (bulk) naik dari Rp5.280 per kg menjadi Rp5.852 per kg. Harga elpiji baru ini merupakan rangkaian kenaikan secara bertahap menuju ke tingkat harga keekonomian yang saat ini sudah di atas Rp6.000 per kg. Sebelumnya, Pertamina telah menaikkan harga elpiji industri pada 11 September 2006 dari Rp4.250/kg menjadi Rp.5.280/Kg. Sedang, harga jual elpiji untuk tabung ukuran 50 kg, 12 kg, dan tiga kg tidak mengalami kenaikan atau tetap sebesar Rp4.250 per kg. Pengguna elpiji bulk adalah sektor industri dan komersial skala menengah hingga besar seperti pabrik kaca, gelas, industri keramik, dan hotel bertaraf internasional. Volume penjualan elpiji bulk dalam satu tahun sebesar 148.200 ton atau 15 persen dari total volume penjualan elpiji sebesar 988.000 ton per tahun. David mengatakan, pemerintah seharusnya menunda kenaikan harga elpiji, karena iklim usaha di Indonesia hingga kini masih lesu. "Iklim usaha yang masih lesu ditambah dengan kenaikan harga elpiji industri jelas tak menguntungkan pengusaha," katanya. Ia mengatakan, kalangan industri kaca, gelas, dan keramik hingga kini memang masih mengandalkan elpiji untuk berproduksi, sehingga kenaikan harga sebesar 10,83 persen dinilai cukup memberatkan. Seno Hartanto (49) anggota Kadin Provinsi Jateng mengatakan, kalangan industri sudah saatnya mulai memikirkan beralih menggunakan energi alternatif pengganti elpiji untuk berproduksi. "Pengusaha jangan tergantung menggunakan elpiji untuk berproduksi, karena harga elpiji tidak akan turun, tetapi akan terus naik, sehingga mulai kini perlu menggunakan energi alternatif lain yang kini sudah ada," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006