Batam (ANTARA News) - Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yang direncanakan menjadi bahan hukum dengan status perusahaan umum (perum) mulai 2007, harus secepatnya dibawa tinggal landas dengan didukung manajemen perubahan. "Ibarat suatu pesawat terbang dari bandara yang berbatasan dengan laut, ketidakpastian pilot dalam menetapkan masa transisi, berpotensi menyebabkan pesawat tercebur, bukannya sampai ke tujuan," kata Riginoto Wijaya, pakar viral marketing, di Batam, Rabu. Ketua Harian Asosiasi Marketing Indonesia-Kepulauan Riau itu mengemukakan pandangannya berkaitan dengan HUT ke-69 LKBN ANTARA, 13 Desember 2006 setelah di tingkat Biro Batam dirayakan sederhana di Restoran Kediri Batam Center, dihadiri beberapa pemimpin redaksi koran dan radio tempatan serta perwakilan media terbitan Ibukota. Di Jakarta, Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan mengggarisbawahi, peringatan HUT ke-69 sangat penting karena Antara menuju pada perubahan mendasar dan pada awal tahun depan direncanakan sudah berbadan hukum perum. Sebagai perum, kultur kerja ANTARA berubah, kata Rokan yang bulan lalu terpilih menjadi Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA). ANTARA sebagai perusahaan, katanya, menekankan layanan dan profit namun tetap akan menjaga independensi, kredibilitas dan etika serta terus di depan dalam membela kepentingan negara dan seluruh rakyat Indonesia. Riginoto, mantan peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi, mengedepankan, dengan peranan besar baik di dalam maupun di dunia internasional, Antara sudah seharusnya menjalani perubahan dalam aspek manajemen maupun teknik. Masa transisi harus jelas, tidak mengambang dan jangan terlalu lama, sehingga pimpinan puncak harus secepatnya membagi visi kepada pimpinan strata menengah dan serta dalam menetapkan "positioning" ANTARA sebagai perum. Visi, misi dan prioritas perusahaan, misalnya untuk kembali sebagai sumber rujukan utama pemberitaan, setelah ditetapkan harus dikecambahkan hingga ke berbagai lini. Agar tujuan dan program prioritas yang kelak termaktub dalam portofolio perusahaan dapat dijalankan di semua tingkatan, pembuatannya harus disertai dengan bekal yang memadai di pimpinan lapis atas mengenai manajemen perubahan (change management). Ia mengemukakan, manajemen perubahan perlu diperhatikan sebab 70 persen dari kegagalan suatu usaha, misalnya, berada di masa peralihan yang dalam dunia penerbangan seperti ketika suatu pesawat hendak dibawa pilot "take off" menuju tempat tujuan bersama. Bekal pemahaman mengenai tatakelola perubahan, ujarnya, kendati tidak akan mudah dalam penerapannya, tetaplah menjadi pilar utama, termasuk dalam membawa orang-orang lama yang sudah "mapan" agar dapat ikut ke dalam kultur kerja baru. Terhadap karyawan yang sudah terbiasa dengan pola lama, Riginoto -- merujuk pada manajemen perubahan-- menyarankan agar pimpinan Antara menggunakan pendekatan kultural ketimbang dengan kekuasaan semata-mata.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006