Suva (ANTARA News) - Satu kelompok yang mengaku sebagai panglima perang tradisional Fiji mengancam akan membunuh pemimpin kudeta Vorege Bainimarama jika demokrasi tidak dipulihkan pada Hari Natal, kata sebuah suratkabar Fiji, Rabu.
The Fiji Sun mengatakan mereka juga mengancam akan membakar rumah-rumah tentara yang setia pada presiden itu yang menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis PM Laisenia Qarase sepekan lalu.
Suratkabar itu mengatakan militer, yang memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan mentolerir pembangkangan atau perlawanan, menghadapi ancaman itu dengan serius dan siap mengambil tindakan tegas.
"Kami akan menanggapi ancaman itu," kata komandan angkatan darat Kolonel Pita Driti.
"Jika para panglima perang tradisional ini memutuskan akan melawan kami, kami siap untuk membalas," katanya.
Para pembangkang, kabarnya terdiri atas para penglima perang tradisional dari 14 provinsi Fiji, yang menyerukan Bainimarama " mundur dan mengembalikan segala sesuatu di negara itu pada keadaan semula pada 25 Desember.
Para pembangkang itu tidak secara langsung mengucapkan ancaman mereka untuk membunuh Bainimarama.
Tapi Driti mengatakan militer bersatu mendukung Bainimarama dan menjamin keberhasilan kampanye "pembersihan" mereka.
Bainimarama menuduh pemerintah Qarase korup dan rasisme dengan mendukung mayoritas pribumi atas etnik India yang jadi sasaran dari tiga kudeta sebelumnya.
Provinsi Ba, Fiji, katanya berada di dibalik rencana untuk mendirikan pemerintah defakto di bawah Qarase, kendatipun mantan PM itu tidak menyetujui rencana itu.
"Beberapa anggota dewan provinsi menyarankan agar Ba memberikan kesempatan kepada PM terguling Laisenia Qarase untuk membentuk pemerintahnya di daerahnya," kata seorang anggota dewan yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP.
Ba, barat Fiji, mencakup empat dari sembilan kota negara pulau Pasifik itu, satu dari dua kotanya banyak terdapat lokasi wisata, satu-satunya tambang emas negara itu dan tiga dari empat pabrik gula Fiji.
Bainimarama mengatakan, Selasa ia mengetahui rencana bagi satu pemeritnah tandingan dan memperingatkan para pendukung itu untuk melepaskan gagasan tersebut atau menghadapi kekuatan militer penuh, demikian DPA.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006