Sleman (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memprediksi bahwa ancaman angin kencang di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada musim pancaroba ini masih cukup besar.
"Memang pada saat ini terkesan landai, namun potensi ancaman bencana angin kencang di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) malah semakin besar. Sebab energinya tersimpan terlalu lama," kata Staf Seksi Data dan Informasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Indah Retno Wulan, Kamis.
Menurut dia, pada masa pancaroba ini ancaman bencana angin kencang dan hujan lebat dengan durasi singkat, masih sangat berpotensi terjadi.
"Timbulnya angin kencang masih harus diwaspadai oleh masyarakat," katanya.
Ia mengatakan, potensi terjadinya bencana angin kencang ini akan semakin besar ketika selama beberapa hari hujan tidak turun, karena selama itu pula energi yang bisa menghasilkan angin tersebut semakin besar.
"Prediksi kami seperti itu, kalau selama tiga hari berturut-turut suhu panas mencapai 32 sampai 33 derajat Celcius, maka ketika turun hujan potensi angin kencang semakin besar. Kecepatan angin masih dari 45 sampai 50 kilometer per jam," katanya.
Indah mengatakan, dari pantauannya di Yogyakarta saat ini fenomena tersebut sedang mengalaminya. Hujan beberapa hari tidak turun. Padahal musim kemarau baru masuk pada minggu ketiga April mendatang.
"Kemarau di Yogyakarta dan sekitarnya baru pada akhir April. Wilayah yang akan mengalami, lebih dahulu di Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo bagian selatan. Setelah itu akan berangsur diikuti ke utara. Sleman bagian utara yang paling terakhir masuk musim kemarau nanti," katanya.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Teguh Prasetyo menambahkan untuk gangguan cuaca saat ini masih belum ada. Hanya pada Juli dan Agustus nanti akan terjadi fenomena Elnino yang akan dirasakan di daerah Indonesia bagian timur.
"Fenomena Elnino ini, di masim kemarau menyebabkan lebih kering dari kemarau-kemarau yang biasanya. Sementara ini dari prediksi kami tidak akan sampai terasa di Jawa. Namun demikian, akan terus dilakukan pemantauan setiap saat. Jika sewaktu-waktu fenomena tersebut semakin melebar dampaknya," katanya.
Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015