Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 1.300 restoran se-dunia menyajikan menu Prancis "Gout de France" (Good France) untuk masyarakat di 150 negara secara serentak pada 19 Maret.
"Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia juga mempersembahkan makan malam bagi masyarakat Indonesia dalam rangka merayakan gastronomi Prancis dan nilai-nilai kebersamaan yang terkandung di dalamnya," kata Penanggung Jawab Budaya dan Komunikasi IFI Surabaya, Pramenda Krishna, Kamis.
Di Indonesia, ada 10 restoran terpilih, termasuk tiga restoran di Surabaya yang berpartisipasi menyajikan menu istimewa ala Prancis itu yakni Citrus Lee (Chef Hendry Sedjahtera), Sheraton Surabaya (Chef Laurent Guesdon) dan Vis a Vis-JW Marriott (Chef Arief Mustafa).
Restoran lain yang terpilih oleh panitia Good France (Gout de France) adalah lima restoran di Jakarta (Amuz Gourmet, Eric Kayser, Hotel Borobudur, Le Petit Montmatre, Restaurant Emilie).
Selain itu, sebuah restoran di Yogyakarta (Paprika - Phoenix Hotel), dan sebuah restoran di Bali (Cut Catch Cucina - Sofitel Nusa Dua).
"Acara yang diberi nama Good France (Gout de France) itu dipelopori oleh chef terkemuka asal Prancis, Alain Ducasse, dan Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Republik Prancis," katanya.
Dalam sambutannya tentang acara itu, Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Republik Prancis, Laurent Fabius, mengatakan Prancis memiliki warisan kekayaan kuliner dan anggur pilihan.
"Sejak tahun 2010, sajian gastronomi Prancis masuk dalam Daftar Warisan Dunia Tak Benda UNESCO. Warisan ini bukan sekadar untuk dibanggakan, tetapi untuk terus menjadi pijakan pengembangan dan penyebarluasan ke seluruh dunia," katanya.
Sementara itu, Chef Alain Ducasse, yang menjadi motor acara ini, mengatakan kekayaan kuliner Prancis terletak pada harmonisasi makanan dan lingkungan hidup, serta semangat berbagi dan kecintaan pada keindahan dan sajian penggugah selera.
"Good France (Gout de France) itu terinspirasi oleh acara Diners dEpicure (Epicurean Dinners) yang diprakarsai oleh Auguste Escoffier pada tahun 1912 yaitu perhelatan makan bersama dalam satu hari dengan menu yang sama di sebanyak mungkin kota dan sebanyak mungkin jamuan. Gagasan inilah yang dibawa ke seluruh dunia," katanya.
Tiap chef akan menawarkan sajian ala Prancis di restoran masing-masing dengan urutan, yakni makanan pembuka dingin, makanan pembuka panas, sajian ikan atau kerang, sajian daging atau ayam, keju Prancis, makanan pencuci mulut dengan sentuhan cokelat, anggur Prancis, dan aneka makanan penutup lainnya,
Setiap chef tetap diberi ruang kebebasan untuk mengangkat tradisi kuliner dan seni budaya masing-masing, sehingga mereka tetap menyajikan santapan berbasis produk lokal yang segar dengan kadar lemak, gula dan garam yang rendah.
Terkait harga menu yang ditawarkan, tiap-tiap restoran menentukannya sendiri, namun semua dihimbau untuk mendonasikan 5 persen dari seluruh proses untuk disumbangkan pada NGO lokal yang aktif mempromosikan kesehatan dan lingkungan.
"Jadi, perjalanan gastronomi ini menandai dua aspek penting dalam budaya Prancis yaitu mempromosikan kekhasan lokal dan keterbukaan pada dunia. Inilah kesempatan untuk berbagi nilai-nilai yang dipegang erat oleh masyarakat Prancis dengan sebanyak mungkin orang, yakni keramahan dan penghormatan pada bumi dan seluruh sumber daya yang dikandungnya, serta tentu saja kesenangan," katanya.
Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015