Manado (ANTARA News) - Investor asing masih mendominasi pasar modal di Indonesia hingga saat ini, kata pengamat ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Joubert Maramis.
Pasar modal Indonesia, katanya di Manado, Kamis, relatif sangat sensitif terhadap kondisi global.
"Itu disebabkan karena kepemilikan investor asing di pasar modal masih mendominasi, yakni sekitar 60 persen," kata Joubert.
Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan kepemilikan saham investor asing per Februari 2015 mencapai Rp1.969,51 triliun, sementara lokal Rp1.065,94 triliun.
"Memang pasar modal kita masih banyak investor institusi asing dengan total investasi yang besar dibanding investor domestik. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya minat masyarakat umum masuk ke bursa efek," jelasnya.
Joubert mengatakan bahwa investor mikro dengan dana investasi kecil masih memilih tabungan atau deposito, bukan investasi efek.
Khususnya masyarakat di luar Jakarta, lanjut dia, masih melihat investasi di pasar modal adalah investasi dalam jumlah besar dan sangat ekslusif.
"Mereka masih kurang pengetahuan soal pasar saham. Hal ini membuat disparitas jumlah dan kualitas investasi oleh investor domestik di Indonesia," katanya.
Ia mengatakan bahwa masih relatif banyak konglomerat yang memarkir uangnya di luar negeri, misalnya di Singapura dan Tiongkok.
Pemerintah, kata Joubert, harus memberikan insentif bagi baliknya dana yang diparkir di luar negeri untuk masuk di Indonesia kembali.
"Jadi, strateginya adalah realisasikan insentif bagi industri dan bagi dana parkir konglomerat di luar negeri serta sosialisasi investasi efek di pasar modal ke seluruh Indonesia," kata Joubert.
Di samping itu, lanjut dia, ciptakan "trust" (kepercayaan) dan komitment tinggi pemerintah dalam menjaga dan mengembangkan ekonomi di Indonesia.
"Saya yakin jika strategi ini diterapkan, bursa kita akan lebih maju, baik dari sisi komposisi dana dan investor luar maupun dalam negeri, serta bursa kita menjadi lokasi investasi global yang menguntungkan dan stabil," jelasnya.
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015