Jakarta (ANTARA News) - Dalam setiap kali kesempatan berpidato, Wakil Presiden HM Jusuf Kalla hampir tidak pernah membacakan teks pidato yang sebenarnya sudah disiapkan oleh stafnya di sekretariat wakil presiden. Keengganannya membacakan teks pidato tersebut ternyata justru membuat orang lebih mengenalnya sebagai pemimpin yang selalu spontan dan "ceplas-ceplos" dalam menanggapi dan mengatasi berbagai masalah. Pada Minggu (10/12) malam lalu ketika meluncurkzn bukunya yang berjudul "Berbekal Seribu Akal Pemerintahan Dengan Logika", pria kelahiran Watampone, Sulsel, 15 Mei 1942 itu membuka rahasia keengganannya membacakan teks pidato. "Kalau saya baca teks, itu artinya saya sebagai Wapres membacakan pidato (pejabat) eselon dua," katanya dengan gaya spontanitas yang langsung disambut tawa tamu yang hadir, termasuk para menteri kabinet. Menurut Kalla, para pejabat seperti dirinya dan para menteri umumnya tidak punya waktu untuk menulis naskah pidato sehingga urusan itu diserahkan kepada pejabat eselon satu. "Jadi bukan tidak mampu menulis pidato. Biasanya itu tugas eselon satu, tapi kadang-kadang eselon satu menugaskannya lagi ke eselon dua. Masak saya harus membacakan pidatonya eselon dua," katanya yang lagi-lagi disambut tawa dan tepuk tangan hadirin. Meski demikian, pria berkaca mata itu mengaku sesekali juga sempat membaca teks itu sebelum berpidato sekadar untuk mendapatkan gambaran tentang yang perlu disampaikannya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006