Riyadh (ANTARA News) - Duta Besar Arab Saudi untuk Washington DC, Pangeran Turki Al-Faisal, menyatakan secara resmi mengundurkan diri dan meninggalkan Amerika Serikat (AS), setelah hanya 15 bulan dalam jabatan tersebut, demikian pernyataan kalangan dekatnya di Riyadh. Sumber itu, yang meminta namanya tak disebutkan, membenarkan sebuah laporan di harian The Washington Post, yang menyatakan bahwa langkah itu belum diketahui kejelasannya saat secara resmi akan diumumkan, Selasa (12/12). Surat kabar itu, yang mengutip para pejabat AS dan kalangan dekat Pangeran Al-Faisal yang juga tak bersedia disebutkan namanya, mengatakan bahwa sang pangeran pada awal pekan ini kepada para pegawainya mengatakan segera meninggalkan pos diplomatiknya lantaran menginginkan lebih banyak waktu bersama keluarga. The Washington Post melansir bahwa Pangeran Turki Al-Faisal diisukan kemungkinan menggantikan kedudukan kakaknya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud Al-Faisal, yang kondisi kesehatannya merosot dan baru-baru ini berada di Los Angeles untuk menjalani operasi. Tetapi, sumber informasi di Riyadh mengemukakan: "Saya meragukannya." Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari pihak Pemerintah Arab Saudi sehubungan dengan berita dari The Washington Post. Pangeran Turki Al-Faisal dilaporkan pula melakukan kunjungan di luar jadwal ke Departemen Luar Negeri, awal pekan ini, guna menjumpai Menteri Luar Negeri AS, Condoleezza Rice, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Sean McCormack. Tetapi, McCormack tak dapat memberikan keterangan tentang pertemuan itu dan mengatakan, mengetahui sang utusan Arab Saudi itu meninggalkan negeri tersebut dalam artikel surat kabar The Washington Post. Pengunduran diri Pangeran Turki Al-Faisal terjadi pada saat ketegangan meningkat dalam kaitannya antara sekutu utama AS dan Arab Saudi berkaitan dengan kekacauan di Irak. Ia pun baru-baru ini melakukan serangkaian pidato terbuka yang mendesak pihak Washington tak menarik pasukannya dari Irak secara tergesa-gesa, dan berulangkali mendesak pihak Gedung Putih berusaha mengatasi kebuntuan dalam pembicaraan perdamaian Israel-Palestina. Pangeran Turki Al-Faisal juga tak berada di Riyadh pada akhir November 2006 saat kunjungan Wakil Presiden AS, Dick Cheney. Sebelum menduduki jabatannya di Washington pada tahun lalu, ia selama hampir tiga tahun Duta Besar Arab Saudi di Kerajaan Inggris Raya. Sebelumnya, ia selama 25 tahun menghabiskan waktunya selaku kepala Dinas Intelijen Arab Saudi. Pada tahun 1980-an, setelah Uni Soviet menyerbu Afghanistan, ia sempat bekerjasama dengan Usamah bin Ladin (Osama bin Laden) menggalang para relawan Muslim untuk berperang melawan pasukan Uni Soviet, demikian laporan AFP. Dalam wawancara dengan televisi Arab Saudi, MBC, pada November 2001, ia membenarkan mengadakan pertemuan dengan Usamah bin Ladin beberapa kali di Arab Saudi dan Pakistan sebelum tahun 1994. Saat itu, Usamah bin Ladin banyak mendapat sokongan AS guna melawan Uni Soviet di Afghanistan. Setelah serangan pada 11 September 2001 yang meruntuhkan gedung kembar World Trade Center (WTC), namanya termasuk disebutkan dalam gugatan perdata di pengadilan AS oleh keluarga para korban yang mengupayakan kerugian berkaitan dengan tuduhan atas perannya dalam membiayai jaringan Al-Qaida-nya Usamah bin Laden, namun gugatan itu ditolak pengadilan AS pada 2003. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006