"Kita sedang bernegosiasi agar minimal mereka (para WNI) bisa diperiksa oleh kita," kata Kadivhumas Polri Brigjen Anton Charliyan di Jakarta, Rabu.
Densus 88 Antiteror Mabes Polri berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kementerian Luar Negeri serta Badan Intelijen Negara (BIN) telah memberangkatkan perwakilannya ke Turki untuk menyelidiki motivasi dan sponsor keberangkatan 16 WNI yang ditangkap di Turki itu.
Menurut dia, tim belum bisa memeriksa belasan WNI itu secara langsung, karena terkendala birokrasi pemerintahan Turki.
Kendati demikian, Anton memastikan keenambelas WNI dalam keadaan sehat. "Menurut laporan sementara tim di sana, keenambelas orang itu sehat, tidak ada indikasi sakit," imbuhnya.
Namun polisi belum bisa memastikan pasal yang akan digunakan untuk menjerat mereka.
"Tergantung hasil pemeriksaan. Kalau mereka sudah bergabung dengan tentara (ISIS) di sana, mereka bisa kena pasal. Kalau belum, maka harus dianalisis lebih dalam," tuturnya.
Keenambelas WNI itu ditangkap pihak keamanan Turki ketika hendak menyeberang ke Suriah setelah didapati tidak memiliki dokumen keimigrasian.
Terkait 16 WNI yang memisahkan diri dari rombongan Smailing Tour, polisi belum mendapatkan informasi tentang keberadaan mereka. "Belum ada info tentang keberadaan mereka," kata Anton.
Ada dua kelompok WNI berbeda yang kini berada di Turki.
Kelompok pertama adalah 16 orang WNI yang ikut tur wisata yang berangkat ke Turki bersama rombongan agen perjalanan wisata pada 24 Februari 2015, namun mereka ini memisahkan diri dari rombongan.
Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok baru yang ditangkap pada 4 Maret 2015.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015