"Kita dorong agar menggunakan produk dalam negeri, saya kira isu-isu penyadapan dapat diminimalisir dengan produksi di dalam negeri," katanya kepada Antara, Selasa.
Hal ini dikatakannya menanggapi dugaan penyadapan yang dilakukan badan intelijen Amerika Serikat National Security Agency (NSA) dan badan intelijen Inggris Government Communication Headquarter (GCHQ), melalui produk Sim-Card yang dikeluarkan oleh perusahaan asal Belanda, Gemalto N.V.
Ia mengatakan, saat ini terdapat satu perusahaan produsen Sim-Card asal Indonesia, yang telah mampu memproduksi hingga 50 juta kartu. "Produknya malah dipesan oleh Malaysia dan Jepang," katanya.
Untuk itu, menurut dia, bila produksi dilakukan di dalam negeri, masalah keamanan dalam Sim-Card dapat dikendalikan lebih dini.
Sebelumnya, BRTI telah meminta semua penyelenggara jaringan bergerak seluler untuk melakukan investigasi internal sehubungan dengan adanya dugaan penyadapan sehubungan dengan dugaan penyadapan yang dilakukan badan intelijen Amerika Serikat National Security Agency (NSA) dan badan intelijen Inggris Government Communication Headquarter (GCHQ), melalui produk Sim Card yang dikeluarkan oleh perusahaan asal Belanda, Gemalto N.V.
Lima operator telah menyampaikan hasil investigasi internal terkait penyadapan tersebut. Lima penyelenggara jaringan bergerak seluler yang telah melaporkan hasil investigasinya kepada BRTI yaitu PT. Hutchison 3 Indonesia (3), PT. XL Axiata (XL), PT. Indosat (Indosat), PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria), dan PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Dari lima operator tersebut, menurut Ismail Cawidu, empat diantaranya menggunakan produk Simcard dari Gemalto N.V. "Telkomsel, xl, Hutchinson 3, Indosat," katanya.
Berdasarkan investigasi internal operator yang telah diterima BRTI, menurut Ismail, tidak menemukan adanya kebocoran pada SIM Card tersebut. Para operator, menurut Ismail, juga menjamin bahwa penyedia SIM-Card yang mereka gunakan telah memenuhi GSM Security Standard.
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015