Agar bioskop menayangkan film yang bagus-bagus saja, ini diskursus baru

Jakarta (ANTARA News) - Menonton film belum menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Beragam faktor mempengaruhi jumlah penonton film Indonesia yang sedikit, seperti tingkat ekonomi, kualitas film lokal dan jumlah bioskop.

"Tidak sampai dua persen dari 200 juta penduduk Indonesia yang mengapresiasi film Indonesia," kata Ketua Penyelenggara Film and Art Celebration 2015 (FILARTC) Leni Lolang di Jakarta, Selasa.

Ketua Badan Perfilman Indonesia Kemala Atmodjo menambahkan, menonton film memang belum menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia.

"Berkaitan dengan penghasilan masyarakat," kata dia.

Dia membandingkan dengan jumlah penonton bioskop di Singapura yang jumlahnya lebih banyak lima kali lipat karena penghasilannya juga lebih tinggi.

Belum lagi jumlah bioskop yang terbatas sehingga masyarakat di daerah terpencil tidak punya akses menonton film. Kemala memperkirakan ada 900 layar bioskop se-Indonesia.

"Jumlah idealnya berapa belum bisa dipastikan karena harus ada kajian lebih lanjut," papar dia.

Selain itu, dia mengatakan perlu ada kebijakan agar bioskop dapat leluasa menolak menayangkan film berkualitas rendah.

"Agar bioskop menayangkan film yang bagus-bagus saja, ini diskursus baru," imbuh dia.

Bila bioskop mau tidak mau harus menayangkan film Indonesia berkualitas buruk, dikhawatirkan penonton akan kehilangan minat menyaksikan film lokal. Pemilik bioskop pun akan merugi karena jumlah penontonnya berkurang.

Dia mengemukakan ada peningkatan jumlah film Indonesia dari tahun ke tahun, pada 2013 tercatat ada 109 yang ditayangkan di bioskop. Angka tersebut meningkat menjadi 114 pada 2014. Sayangnya, jumlah tersebut belum dibarengi kualitas.

"Dari film 2013-2014, hanya separuhnya yang bagus. Sisanya? Membaca judulnya saja 'seram' karena tidak ada daya tarik untuk menonton," papar dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015