"Kami memang berniat mematenkan hasil karya ini, tapi tidak tahu seperti apa langkah-langkahnya," kata Muhammad Idris, yang didampingi kedua temannya yang ikut menciptakan sikat untuk mencuci pakaian berbusa tersebut, Afdal Ahmad dan Nikmato Fadila, di Padang Aro, Senin.
Ia menyebutkan, dirinya bersama kedua rekannya yang kini duduk di kelas XII jurusan IPA ini sempat menanyakan cara mematenkan hasil karyanya ke salah seorang praktisi hukum di daerah itu, namun ketika disodori tentang biaya mereka mengurungkannya.
"Pernah saya mencoba menanyakan langkah-langkah mematenkan ciptaan kami ini, namun ketika kami disodori biaya. Kami tidak jadi mematenkannya karena ketiadaan biaya," katanya.
Ia menyebutkan, kreasi mereka yang terinspirasi dari kebiasaan masyarakat di sekitar lingkungannya yang mencuci menggunakan sikat pernah menyabet juara pertama lomba "Physics Festival 2014" yang digelar oleh Universitas Andalas (Unand) Padang.
Ia mengatakan, sikat untuk mencuci pakaian ini merupakan karya mereka yang ketiga sebelum diikutkan lomba. Sebelumnya mereka akan menciptakan kapal yang digerakan oleh magnet, namun karena keterbatasan bahan magnet mereka pun membatalkannya.
Karya mereka yang kedua, adalah kapal yang digerakan oleh listrik yang dihasilkan oleh air garam. Disebabkan karya kedua mereka belum sempurna, mereka pun membatalkan juga.
"Pendaftaran lomba saat itu tinggal dua hari lagi. Karena sikap optimistis kami ingin membanggakan sekolah dan membuat sesuatu yang berguna kemudian tercetus ide membuat sikat untuk mencuci kain yang langsung bisa mengeluarkan sabun," katanya.
Inovasi mereka itu memodifikasi sikat mencuci pakaian yang ada dengan menambahkan lubang di sela-sela bulu-bulu sikat kemudian menutup lubang penutup.
"Kami menerapkan hukum fascal, dimana tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar. Jadi setelah diberi lubang, kemudian diletakan sabun cuci lalu diberi tekanan membuat sabun itu keluar melalui lubang-lubang yang telah dibuat," jelasnya.
Dengan metode ini, sebut, akan menghemat sabun, waktu dan tenaga. "Konsep yang kami terapkan adalah efektif dan efisien. Yang sederhana itu bukan hanya sederhana, tapi juga berharga," ujarnya.
Jika ingin menggunakan sabun cuci cair, sebutnya, harus menambahkan busa agar sabun tersebut tidak menetes melalui lubang sebelum diberi tekanan.
Ia menyebutkan, setelah meraih juara pertama dalam lomba tersebut ia bersama rekannya mendapat permintaan untuk membuat sikat mencuci tersebut dari teman-temannya serta beberapa dewan juri dan panitia lomba tersebut.
Sementara Kepala MAN Muaralabuh, Jasrul, menyebutkan pihaknya mendorong dan mendukung siswa untuk kreatif dalam segala bidang.
"Kami dari sekolah terus mendukung dengan pembinaan dan dana bagi siswa yang kreatif," katanya yang didampingi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Susanti Anggraini.
Sebelumnya, katanya, para siswa sekolah tersebut juga pernah membuat biogas dan kompos dengan kotoran hewan ternak dan sekarang masih berjalan.
"Kreativitas-kreativitas yang sederhana dan berguna serta tidak mahal harus dikembangkan. Salah satunya sikat untuk mencuci pakaian ini," katanya.
Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015